Halaman

Sabtu, 24 Desember 2011

Love Is You Lyrics

Baby i love you, love you love you so much
Since i found out love is you



Cinta satu kata penuh makna

Cinta bawa hati bahagia

Dari sekian juta keindahan dunia

Di mata hatiku kaulah keindahan hidupku



Baby i love you, love you, love you so much

And i miss you, miss you when you’re gone

Baby i need you, need you, need you so much

Since i found out love is you



Cinta temani suka dan duka huuu...

Cinta bawaku bahagia bahagia

Dari sekian juta keindahan dunia

Di mata hatiku mata hatiku

Hanya kaulah yang aku cinta



Baby i love you, love you, love you so much

And i miss you, miss you when you’re gone

lyricsalls.blogspot.com

Baby i need you, need you, need you so much

Since i found out love is you



Baby i miss you, baby i need you

Baby i miss you, baby i need you

Baby i miss you, baby i need you

Baby i miss you, baby i need you



Baby i love you, love you, love you so much

And i miss you, miss you when you’re gone

Baby i need you, need you, need you so much

Since i found out love is you



Baby i love you, love you, love you so much

And i miss you, miss you when you’re gone

Baby i need you, need you, need you so much

Since i found out love is you, since i found out love is you



Baby i miss you, baby i need you

Baby i miss you, baby i need you

Best Friend Forever Lyrics

Kan selalu bersama dalam suka duka

Berbagi segalanya



Di saat ku termenung kau datang bawa cerita

Di saat ku bahagia kau jaga penuh hatiku

Apapun kisahku kamu ada untukku

Hanya kaulah sahabat sejatiku



Kita kan selalu bersama dalam suka duka

Berbagi segalanya tak terpisahkan

Hanya kau yang ada di hatiku



Kita kan selalu bersama menggapai semua cinta

Dan meraih dunia walau badai menghadang tak akan kita terluka

Cause you are my best friend forever



Di saat ku termenung kau datang bawa cerita

Di saat ku bahagia kau jaga penuh hatiku

Apapun kisahku kamu ada untukku

Hanya kaulah sahabat sejatiku



Kita kan selalu bersama dalam suka duka

Berbagi segalanya tak terpisahkan

lyricsalls.blogspot.com

Hanya kau yang ada di hatiku



Kita kan selalu bersama menggapai semua cinta

Dan meraih dunia walau badai menghadang tak akan kita terluka

Cause you are my best friend forever



Kan selalu bersama dalam suka duka

Berbagi segalanya



Kita kan selalu bersama dalam suka duka

Berbagi segalanya tak terpisahkan

Hanya kau yang ada di hatiku



Kita kan selalu bersama menggapai semua cinta

Dan meraih dunia walau badai menghadang tak akan kita terluka

Terluka tak akan kita terluka

Cause you are my best friend forever



Beautiful Lyrics

Don't cry, don't be shy

Kamu cantik apa adanya

Sadari syukuri dirimu sempurna

Jangan dengarkan kata mereka

Dirimu indah pancarkan sinarmu wo oww



You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu

You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu



Don't cry, don't be shy

Kamu cantik apa adanya

Sadari syukuri dirimu sempurna

Jangan dengarkan kata mereka

Dirimu indah pancarkan sinarmu wo oww



You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu

lyricsalls.blogspot.com

You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu



Tahukah dirimu berbeda istimewa

Kau bisa membuat mereka jatuh cinta



You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu

You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu



You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu

You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu

Dilema Lyrics

Tuhan tolong aku

Ku tak dapat menahan rasa didadaku

Ingin aku memiliki

Namun dia ada yang punya



Tuhan bantu aku

Ternyata dia kekasih sahabatku

Entah apa yang harus ku katakan

Hatiku bimbang jadi tak menentu



Bukan maksud diriku melukai hatimu

Namun aku juga wanita

Yang ingin merasakan cinta



Never never want you

Really really love you

Maafkan aku mengecewakanmu

Really really love you

Never never leave you

Segera aku melupakan dirinya



Never never want you

Really really love you

Maafkan aku mengecewakanmu

lyricsalls.blogspot.com

Really really love you

Never never leave you

Segera aku melupakan dirinya



Bukan maksud diriku melukai hatimu

Namun aku juga wanita

Yang ingin merasa jatuh cinta



Never never want you

Really really love you

Maafkan aku mengecewakanmu

Really really love you

Never never leave you

Segera aku melupakan dirinya



Never never want you

Really really love you

Maafkan aku mengecewakanmu

Really really love you

Never never leave you

Segera aku melupakan dirinya

Speech about smoking

Assalamualaikum Wr. Wb.


Good afternoon ladies and gentleman

Firstly,let’s thank and pray to Allah almighty the most gracious and merciful,who has been giving us mercies and blessings so,that we can meet and gather in this place in good condition without any troubles and obstacles.I would also like to express my deepest gratitude and prayers to the beloved prophet,Muhammad SAW.

Secondly,I don’t forget to say thank you very much to the committe for giving me the opportunity to say a few words at this event.In this occasion I’d like to speak about “SMOKING”.

Smoking is bad for the lungs. It builds up the tar levels and gives you heart disease. Most people die before the age of 65 if they smoke. If the mother continues to smoke when she has a baby, and is breast-feeding, the baby will take nicotine with the milk. Lung cancer is becoming common among those who have smoked for a long time.

Every cigarette you smoke cuts about 5 minutes off your life. If you smoke around kids it will give them the habit of smoking. Smoking causes more deaths than car accidents.

How do you stop smoking? Don't put cigarettes in your mouth: that could be hard to do; you could use a Nicorette instead of a cigarette. This is a long tube to use instead of a cigarette, there are patches that you can put on your arm and a little bit of nicotine goes into your bloodstream.

Conclusion:

So be wise and try very hard to stop smoking and you will be happier and healthier. Your family will be healthier, wealthier and healthier too.

SPEECH ABOUT HEALTH

Assalamualaikum Wr. Wb.


Good afternoon ladies and gentleman

Firstly,let’s thank and pray to Allah almighty the most gracious and merciful,who has been giving us mercies and blessings so,that we can meet and gather in this place in good condition without any troubles and obstacles.I would also like to express my deepest gratitude and prayers to the beloved prophet,Muhammad SAW.

Secondly,I don’t forget to say thank you very much to the committe for giving me the opportunity to say a few words at this event.In this occasion I’d like to speak about “SCIENCE”.

As us know,science has a prominent position in our life.It is absolutely important so that we obligated to look for science.Why I say that science is very important?Because life without science is like walking in the darkness without any light.Life without science just like life without knowing its essence and its purpose.By science we can protect ourself if someone inluences us to do the wrong thing.By science we can defferenciate what is wrong and what is right.Don’t ever let anybody deceive you!

Relating science with happiness,it has a connection actually.If we want to get happiness in this world we must have science,because science will lead us into a good life,then if we want to get happiness in here after,we must have science,especially the science of religion.Therefore,if we want to get happiness in the world and here after we must have science.The thing that we must remember is that our science won’t have meaning if we don’t practice it.It’s no use studying so hard without practicing it.Thus,we must look for science during living in the world until our breathing stops.No matter what the obstacle is,please look for science from the crodle until the grave.

Good Luck!!

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Manusia Dan Penderitaan (contoh kasus)

KETIKA MENGELUH PUN DIANGGAP MELANGGAR HUKUM.



Maka sampai hari ini, sudah hampir tiga minggu ibu itu berada di penjara. Dia jauh dari kedua anaknya, yang sulung berumur tiga tahun, yang bungsu masih setahun tiga bulan dan membutuhkan ASI. Demi hukum?

Baiklah, kalau itu demi hukum, demi pasal, demi ayat, apalagi Prita Mulyawati, ibu itu, diperkarakan secara perdata dan pidana, dengan sangkaan pencemaran nama baik. Dia masih mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang.

Saya bukan ahli hukum. Namun sebagai warga negara, sebagai sesama pengguna internet, sebagai ayah yang memahami kerepotan tiadanya ASI bagi si kecil, tiadanya buaian bunda, izinkanlah saya bicara.

Saya paham, setiap surat keluhan tentang sebuah layanan, baik gratis maupun berbayar, memang negatif bagi bagi si penyedia layanan. Merugikan. Boleh juga ditafsir sebagai bentuk pencemaran.

Padahal itu hanya keluhan. Hanya rasan-rasan. Tentu sepihak. Saya katakan hanya keluhan karena Prita tak menggugat.

Dalam hal ini, bagi saya, reaksi Rumah Sakit Omni International di Alam Sutera, Tangerang, itu berlebihan. Ibaratnya dia langsung menggebuk pada kesempatan pertama.

Secara hukum memang dimungkinkan. Dari sisi kesempatan memang lebih mengizinkan. Bagaimanapun sebuah korporat tetap lebih kuat daripada individu, apalagi jika individu itu orang biasa, bukan orang yang terlembagakan. Korporat lebih berdaya.

Saya tak membahas surat Prita yang sudah diketahui banyak orang. Yang ingin saya bahas, tepatnya ingin saya ketahui, adalah sudahkah Omni menggunakan pendekatan yang lebih semanak, lebih manusiawi, untuk menyelesaikan masalah melalui komunikasi, dengan saling mendengar, sehingga persoalan bisa diurai dan dijernihkan?

Saya bukan juragan. Tetapi benak dan hati saya, jika dalam posisi yang menjadi sasaran keluhan, akan memilih komunikasi. Jika saya bersalah saya minta maaf. Setelah masalah disepakati usai, saya (dan mungkin pihak yang mengeluh) akan membuat pernyataan.

Cara ini dari segi nalar, yakni biaya, jelas lebih murah — tak perlu mengerahkan tim legal dan pasang iklan. Dari sisi hati, juga lebih enteng, takkan mengganggu tidur.

Langkah ofensif — memperkarakan pada kesempatan pertama — dengan lawan pihak yang lebih lemah, hanya menambahi PR. Ya PR pekerjaan rumah, ya PR public relations (termasuk internal).

Misalkan saya juragan, saya harus meyakinkan semua karyawan sebisanya bahwa langkah kumpeni saya itu sudah benar. Mungkin saya juga akan habis-habisan meyakinkan karyawan saya bahwa periuk nasi mereka terancam. Saya juga akan meminta dukungan para pemegang saham secara pol-polan bahwa langkah hukum ini semata agar investasi mereka aman…

Kepada masyarakat saya harus melakukan serangkaian upaya untuk membuat mereka paham, menoleransi, bahkan mendukung, bahwa langkah hukum saya itu tepat, pun edukatif agar orang tak sembarangan mengeluh secara terbuka.

Ujung-ujungnya biaya. Capek. Lain halnya jika saya mengidap keasyikan bertarung, termasuk menghajar yang lemah, sehingga keluar biaya banyak pun bukan masalah.

Bagaimana pun yang namanya lembaga dan sistem tak sepenuhnya sebongkah mesin robotik raksasa tanpa rasa. Setiap pebisnis tahu itu, apalagi jika berurusan dengan orang luar. Setiap pebisnis, apalagi yang berkumpeni besar, juga sadar bahwa dalam kasus tertentu sentimen khalayak tidak berpihak kepadanya — dan kadang tak ada urusannya dengan salah maupun benar.

Keteguhan diri, keyakinan yang sangat terhadap pegangan diri, boleh saja menjadi milik setiap juragan. Namun haruskah itu dengan portofolio berupa penyengsaraan lawan yang tak setimpal?

Lawan itu seorang ibu dari dua anak, padahal yang terkecil masih harus disusui. Seorang ibu yang selazimnya orang modern hari ini berkeluh kesan melalui e-mail tetapi gara-gara itu harus diperkarakan secara perdata dan pidana. Seorang ibu yang sadar haknya sebagai konsumen tetapi mengalami kriminalisasi, diposisikan sebagai penjahat.

Untuk Khairan Ananta Nugroho dan Ranarya Puandida Nugroho, ibu kalian bukan penjahat. Untuk Pak Andri Nugroho, istri Anda hanya menggunakan haknya sebagai konsumen dan haknya sebagai warga negara beradab untuk bicara.

http://blogombal.org/2009/06/02/rasa-keadilan-dan-soal-komunikasi-dalam-kasus-ibu-prita-mulyasari/

Manusia dan Keadilan (contoh kasus)

Study kasus
Nenek Nenek Pencuri Kakao vs Koruptor

Sepertinya kasus kasus yang beterbangan di negara ini benar-benar beraneka ragam dengan keanehannya masing-masing. Seperti contohnya kasus yang baru saja terjadi di daerah Banyumas, Jawa Tengah. Nasib sial menimpa seorang nenek nenek yang ketahuan mencuri 3 biji kakao di daerah perkebunan yang akan dijadikan bibit dan sekarang nasibnya terancam hukuman percobaan 1 bulan 15 hari.

Miris juga ya peradaban hukum di negara ini. Memang yang namanya pencurian tetap suatu kesalahan seberapapun besar kecilnya bila dipandang perlu ditindak lanjuti silahkan saja. Hanya saja yang jadi tak berimbang di sini adalah, seorang nenek nenek yang hanya mencuri 3 biji kakao harus berhadapan dengan meja hijau tanpa di dampingi pengacara karena tidak adanya kemampuan finansial untuk membayar jasa pengacara. Sementara koruptor a.k.a maling uang rakyat yang bermilyar milyar bahkan trilyunan bebas berkeliaran tanpa penyelesaian yang jelas.

Mafia mafia peradilan, makelar makelar kasus bisa bebas berkeliaran dan hidup bermewah mewah. Memang benar bahwa semua itu sebagai proses peringatan supaya tidaklah menjadi contoh bagi yang lain dalam tindak pencurian. Tapi, apakah proses peradilan yang seadil-adilnya bagi koruptor dan para mafia peradilan tidak bisa ditegakkan seperti petugas hukum menindak tegas maling-maling ayam dan maling-maling seperti Ibu Minah?

Masyarakat sangatlah bisa menilai sendiri seperti apa wajah hukum di negara kita ini. Ketimpangan yang terjadi di dunia hukum saat ini, seperti bergulirnya kasus Bibit – Chandra yang terus berjalan dan belum menemukan titik temu yang jelas, ditambah lagi saat ini sedang bergulir kasus Polisi vs Jurnalisme. Fiuh…kapan ya peradilan di negara ini bisa berlaku adil tanpa mencari kambing hitam?

Opini

Memang terkadang manusia lupa akan tugasnya agar berlaku adil terhadap siapapun, padahal di dunia ini harus serba seimbang, adil tanpa membedakan yg satu dengan yang lain. Hak dan kewajiban yang di terima setiap manusia pun juga harus adil, jangan hanya karena memiliki kekuasaan jadi berlaku tidak adil. Di negara Indonesia ini masih banyak yang belum bisa berlaku adil, masih banyak yang terpengaruh oleh kekuasaan, kenikmatan dan sebagainya sehingga melupakan mana yang benar dan mana yang patut di salahkan.

Cara untuk bersikap adil menurut saya harus di mulai dari diri sendiri dulu bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, kemudian jika ada sebuah masalah maka sebaiknya di lihat secara obyektif jangan subyektif.

SUMBER :

http://sosbud.kompasiana.com/2009/11/21/nenek-nenek-pencuri-kakao-vs-koruptor/

http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/manusia-dan-keadilan.html

wassalam,
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/manusia-dan-keadilan-beserta-contoh-kasus/

 

Pembalasan

Pembalasan adalah sebuah perilaku yang ditujukan untuk mengembalikan perbuatan sesorang. Ada pembalasan dalam hal kebaikan dan ada pembalasan yang bersifat buruk. Pembalasan juga bisa disebut sebagai hukuman ataupun anugrah, pembalasan diartikan sebagai hukuman ketika seseorang mendapatkan kejadian buruk setelah berbuat kejahatan kepada orang lain dan sebaliknya, pembalasan diartikan sebagai anugrah ketika seseorang mendapatkan keuntungan setelah orang tersebut berbuat baik kepada orang lain. Pembalasan bisa datang dari sesama manusia ataupun dari Tuhan. Banyak cara untuk membuat hamba-Nya jera ataupun bahagia, karena rejeki atau musibah datang dari arah yang tidak pernah kita duga.

Kecurangan

Pengertian Fraud (Kecurangan)


 
Definisi Fraud (Ing) menurut Black Law Dictionary adalah :

 
1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime,

2. A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act, 3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or reckless misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment.

 
Yang diterjemahkan (tidak resmi), kecurangan adalah :

 
1. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan;
2. penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat;
3. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.

 
Menurut Kamus Hukum, mengartikan Fraud (Ing) = Fraude (Bld) sebagai

 
kecurangan = Frauderen/verduisteren (Bld) : menggelapkan sebagaimana dimaksud

 
dalam Pasal 278 KUHP, Pasal 268 KUHPer. Sedangkan dalam Wikipedia

 
(en.wikipedia.org), memberikan definisi Fraud sebagai berikut:

 
a fraud is a deception made for personal gain or to damage another individual. In

 
criminal law, fraud is the crime or offense of deliberately deceiving another in order to

 
damage them – usually, to obtain property or services unjustly. Fraud can be

 
accomplished through the aid of forged objects. In the criminal law of common law

 
jurisdictions it may be called “theft by deception,” “larceny by trick,” “larceny by fraud

 
and deception” or something similar.

 
Yang diterjemahkan (tidak resmi) sebagai berikut:

 
Kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran yang dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka, biasanya untuk memiliki sesuatu/harta benda atau jasa ataupun keuntungan dengan cara tidak adil/curang. Kecurangan dapat mahir melalui pemalsuan terhadap barang atau benda. Dalam hukum pidana secara umum disebut dengan “pencurian denganpenipuan”, “pencurian dengan tipu daya/muslihat”, “pencurian dengan penggelapan dan penipuan” atau hal serupa lainnya.

 
Ada pula yang mendefinisikan Fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan mencuri. Yang dimaksud dengan penggelapan disini adalah merubah asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya. Dengan demikian perbuatan yang dilakukannya adalah untuk menyembunyikan, menutupi atau dengan cara tidak jujur lainnya melibatkan atau meniadakan suatu perbuatan atau membuat pernyataan yang salah dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dibidang keuangan atau keuntungan lainnya atau meniadakan suatu kewajiban bagi dirinya dan mengabaikan hak orang lain1.

 
Unsur-unsur Fraud (Kecurangan)

 
Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (Kecurangan) di atas, maka tergambarkan bahwa yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Namun secara umum, unsurunsur dari kecurangan (keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah:

 
􀂾 Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);

􀂾 dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);

􀂾 fakta bersifat material (material fact);

􀂾 dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly);

􀂾 dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;

􀂾 Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut (misrepresentation);

􀂾 yang merugikannya (detriment).

 
Kecurangan disini juga termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi,penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.

 
Klasifikasi Fraud (Kecurangan)

 
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud

 (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah “Fraud Tree” yaitu Sistem Klasifikasi Mengenai Hal-hal Yang Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (Uniform Occupational Fraud Classification System) Dari bagan Uniform Occupational Fraud Classification System tersebut, The ACFE membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan yaitu:

 
1. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation);

 
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta

 
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah

 
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined

 
value).

 
2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement);

 
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau

 
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi

 
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial

 
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh

 
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.

 
3. Korupsi (Corruption).

 
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan

 
pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang

 
terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya

 
lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor

 
integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi

 
karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis

 
mutualisma). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik

 
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak

 
sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic

 
extortion).

 
Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologi fraud yaitu cybercrime. Ini

 
jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian

 
khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis

 
fraud yang paling ditakuti di masa depan di mana teknologi berkembang dengan

 
pesat dan canggih2.

 
Selain itu, pengklasifikasian fraud (kecurangan) dapat dilakukan dilihat dari beberapa sisi3, yaitu :

 
1. Berdasarkan pencatatan

 
Kecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori:

 
a. Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasi

 
pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open on-thebooks,

 
lebih mudah untuk ditemukan);

 
b. Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara catatan

 
akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden on the-books);

 
c. Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi

 
melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, seperti: pencurian

 
uang pembayaran piutang dagang yang telah dihapusbukukan/di-write-off

 
(fraud off-the books, paling sulit untuk ditemukan).

 
2. Berdasarkan frekuensi

 
Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan frekuensi terjadinya:

 
a. Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak berulang,

 
tindakan kecurangan — walaupun terjadi beberapa kali — pada dasarnya

 
bersifat tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan oleh adanya pelaku

 
setiap saat (misal: pembayaran cek mingguan karyawan memerlukan kartu

 
kerja mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang tidak benar).

 
b. Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang, tindakan yang

 
menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi/diawali sekali saja.

 
Selanjutnya kecurangan terjadi terus-menerus sampai dihentikan. Misalnya,

 
cek pembayaran gaji bulanan yang dihasilkan secara otomatis tanpa harus

 
melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan cek terus berlangsung sampai

 
diberikan perintah untuk menghentikannya.

 
3. Berdasarkan konspirasi

 
Kecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau kolusi, tidak

 
terdapat konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada umumnya kecurangan

 
terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide maupun pseudo. Dalam bona

 
fide conspiracy, semua pihak sadar akan adanya kecurangan; sedangkan dalam

 
pseudo conspiracy, ada pihak-pihak yang tidak mengetahui terjadinya

 
kecurangan.

 
4. Berdasarkan keunikan

 
Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 
a. Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada orangorang

 
yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Contoh: (1) pengambilan

 
aset yang disimpan deposan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti: bank,

 
dana pensiun, reksa dana (disebut juga custodial fraud) dan (2) klaim

 
asuransi yang tidak benar.

 
b. Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang mungkin

 
hadapi dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback, penetapan harga

 
yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari

 
kebutuhan yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang

 
telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar.


 Faktor Pemicu Fraud (Kecurangan)4
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan,yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:

 
􀂾 Greed (keserakahan)

 
􀂾 Opportunity (kesempatan)

 
􀂾 Need (kebutuhan)

 
􀂾 Exposure (pengungkapan)

 
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).

 
http://ryukirya.wordpress.com/2011/05/25/pengertian-kecurangan/

 

Kejujuran Dan Kebenaran

Kejujuran artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar - benar ada. Jujur juga berarti seorang yang bersih hatinya dari perbuatan - perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum . Jujur ebrarti juga menempati janji ata kesanggupan yang terlampir melalui kata - kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak , harapan dan niat . Sikap jujur perlu dipelajari oleh setiap orang , sebab kejujuran mewujudkan keadilan , jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati .



Pada Hakekatnya kejujuran dilandasai oleh kesadaran moral yang tinggi , kesdaran akan adanya pengakuan hak dan kewajiba yang sama . Adapun kesadaran moral adalah kesadaran diri kita sendiri dalam melihat diri kita dalam menilai hal - hal baik atau buruk . Kejujuran berhubungan erat dengan masalah nurani . Menurut M.Alamsyah yang disebut nurani adalah suatu wadah yang ada dalam perasaan manusia . Nurani memiliki suatu kejujuran , ketulusan dalam meneropong kebenaran .

Berbagai hal yang menyebabkan orang bertindak tidak jujur, mungkin karena tidak rela, karena pengaruh lingkungan, karena sosial ekonomi, terpaksa ingin popular, karena sopan santun dan kerena ingin mendidik.

Kata ‘kebenaran’ menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah: Keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya; sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar ada); kelurusan hati, kejujuran dan seterusnya. Dalam “hal keadaan”, sering kita mendengar bahwa “kita harus berani mempertahankan kebenaran” , atau sesuatu yang sungguh-sungguh ada yakni “kebenaran yang diajarkan oleh agama.
 
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=manusia%20dan%20keadilan&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul%2Filmu_budaya_dasar%2Fbab7-manusia_dan_keadilan.pdf&ei=5D_STtH6B8fPrQeorbDBDw&usg=AFQjCNEjRwWFK98iVrWEINahsH7I2IjJaA&cad=rja


Hakikat Kebenaran


Setiap orang menginginkan suatu kebenaran. Kebenaran menjadi sebuah kebutuhan pokok untuk meyakinkan seseorang ketika diambang sebuahkebingungan dari sebuah konsep yang masih meragukan. Lalu apa sebenarnya sebuah kebenaran itu? Secara jelas Depdikbud (1995) menyatakan bahwa kebenaran merupakan keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya atau sesuatu yang sungguh-sungguh. Dari penjelasan itu dapat dikatakan bahwa kebenaran adalah soal kesesuaian sebagai kenyataan yang sesungguhnya. Benar atau salahnya sesuatu adalah masalah sesuai atau tidaknya tantang apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Pandangan lain tentang kebenaran dinyatakan oleh Mudyahardjo (2002:49) bahwa kebenaran terletak pada kesesuaian antara sujek dan objek, yaitu apa yang diketahui subjek dan realita sebagaimana adanya. Misalnya, setiap orang mengatakan bahwa “matahari merupakan sumber energi” adalah suatu pernyataan yang benar, karena pernyataan itu dapat didukung oleh kesesuaian terhadap kenyataan.

http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/13/hakikat-teori-kebenaran-dalam-bahasa-indonesia/

Makna Kebenaran


Kebenaran diartikan sebagai apa yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, diyakini dan diakui keberadaannya. Sementara itu, kebenaran terdiri atas dua macam, yakni kebenaran subjektif dan kebenaran umum (general truth) atau yang disebut oleh Kierkegaard sebagai Kebenaran Objektif. Apa pentingnya kita harus mengetahui makna kebenaran? Agar kita dapat memahami mana yang benar dan mana yang tidak benar? Sejauh ini, jawaban dalam filsafat “tidak lebih berarti” dari jalan menemui jawaban itu sendiri.


Kebanyakan filsuf tidak mengakui atau setidaknya kurang sepakat bahwa terdapat kebenaran umum. Artinya, tidak ada kebenaran yang bersifat absolut, yang ada hanyalah opini saja. Jika opini itu valid dan dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah suatu kesepakatan atau konvensi untuk menerima opini tersebut menjadi kebenaran yang dapat diterima. Dengan demikian, kebenaran umum adalah kebenaran subjektif yang mengalami pergeseran status menjadi kebenaran umum. Saya menyebutnya sebagai kebenaran konvensional.

Soren Abyee Kierkegaard menyebutkan “Yang terpenting adalah mencari kebenaran menurut aku”. Tetapi, kurang lebih pandangan Martin Heidegger cenderung berasumsi bahwa ada yang disebut dengan kebenaran sejati, yakni kebenaran yang apa adanya, kebenaran yang dapat dinikmati secara orisinil, tanpa ada prasangka (prejudice) dan penafsiran (interpretation) yang mendahuluinya. Dalam Sein und Zeit-nya, Heidegger-yang mengembangkan paradigma fenomenologis gurunya, Edmund Husserl- mengatakan bahwa untuk mampu menikmati kebenaran secara sempurna, manusia harus senantiasa berada dalam posisi netral, bersikap sebagai pemula dengan rasa ingin tahunya (curiousity) tanpa ada interpretasi mendahului ekspresi kebenaran tersebut. Bahkan dia mengklaim bahwa sesungguhnya kita menanti datangnya kebenaran dengan pencarian kita, bukan menjustifikasi bahwa “inilah kebenaran sejati”, karena kebenaran sejati adalah kebenaran yang tidak direduksi oleh rasionalisasi. Sebagaimana yang disebut oleh Erich Forrm (menyuarakan faham Marx) bahwa “Rasionalisasi sesungguhnya mereduksi kebenaran sejati”.

Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda, setiap orang adalah unik, bahkan segala sesuatu pada dasarnya unik. Wajar jika kebenaran secara pribadi (personal belief) senantiasa bervariasi antara seseorang dan orang lain. Namun demikian, kebenaran pribadi atau kebenaran subjektif itu sewaktu-waktu dapat mengalami pergeseran status menjadi kebenaran umum, dikala kebenaran itu “mulai disukai” oleh orang lain.

Lahirnya kebenaran-kebenaran subjektif yang bervariasi ini bukan karena ada keterbatasan akal manusia dalam mencerapi fenomena, tetapi disebabkan oleh kebebasan manusia dalam menafsirkan fenomena. Kebebasan manusia merupakan anugrah yang diberikan Tuhan. Sehingga tidak mungkin merupakan suatu kekurangan, melainkan keistimewaan.

Setiap manusia memiliki kebebasan berpikir dan kebebasan merasa, manusia memiliki kemampuan menciptakan dunia sendiri yang tidak dapat dipenetrasi oleh siapapun. Akan tetapi kebebasan itu terbatas oleh kesepakatan-kesepakatan bersama. Ada tanggung jawab moral dan intelektual dalam kebebasan itu. Anda bisa saja mengatakan bahwa satu tambah satu sama dengan tiga, tetapi apakah anda dapat mempertanggungjawabkan hal tersebut secara intelektual? Bukan gampang mematahkan kebenaran konvensional bahwa satu tambah satu sama dengan dua. Kebenaran dari sudut pandang ini adalah hasil kreatifitas yang sudah menyejarah.

Kebenaran yang sudah menyejarah ini terlembaga dalam suatu institusi masyarakat yang disebut dengan budaya. Kebenaran berdasarkan budaya ini juga sebenarnya merupakan simpul-simpul dari keyakinan dan pengakuan dari penganutnya, sehingga perubahan keyakinan para penganut bisa saja merubah kebenaran itu. Sangat dinamis. Anda bisa saja berjalan tanpa pakaian, dan mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan perlakuan anda itu. Tetapi apakah anda dapat mempertanggungjawabkannya secara moral? Tentu saja tidak. Hal tersebut adalah hal yang mungkin disebut tidak senonoh, tidak benar dan melanggar tata susila. Tetapi jika sembilan puluh lima persen penganut budaya berpakaian “membuka pakaian” dan berjalan telanjang dan berusaha melawan rasa malunya, maka kebenaran budaya berpakaian itu tidak akan berumur panjang.

Kebenaran pada gilirannya seperti pakaian yang dapat kita gunakan atau kita sarungkan pada sesuatu yang kita inginkan, dengan berbagai cara, asalkan bermanfaat dan diterima secara pribadi maupun secara umum. Kebenaran itu pada akhirnya tidak ada yang benar-benar, melainkan sesuatu yang dibenarkan saja. Manusialah yang menentukan kebenaran, manusia menciptakan kebenaran dan dapat menghapuskannya kembali atau menggantikannya dengan kebenaran yang baru. Kita mengakui pernyataan kebenaran seseorang karena kita ingin, atau suka orang tersebut, atau tidak mampu membantahnya. Artinya orang tersebut sudah melakukan penetrasi dalam dunia kebebasan kita. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut dan memang hal tersebut wajar. Namun kita berada dalam posisi yang tidak merdeka, alias kebebasan kita telah terenggut. Kita didikte, sekali lagi, tidak ada yang salah dengan hal ini. Ini semua wajar terjadi. Makna kebenaran yang sejati adalah terletak pada sesuatu yang tidak terjamah oleh kemampuan interpretasi kita. Selama kita menginterpretasi kebenaran, maka kebenaran itu telah tereduksi, dan menjadi sesuatu yang dibenar-benarkan.


http://zainurrahmans.wordpress.com/2009/04/05/makna-kebenaran/

 

Manusia Dan Keadilan

Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa Arab adil yang artinya tengah. Keadilan berarti menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah atau dengan kata lain keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Berikut ini beberapa pendapat mengenai makna keadilan.

- Menurut W.J.S. Poerdaminto, keadilan berarti tidak berat sebelah, sepatutunya, tidak sewenang-wenang. Jadi, dalam pengertian adil termasuk di dalamnya tidak terdapat kesewenang-wenangan. Orang yang bertindak sewenang-wenang berarti bertindak tidak adil.

- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keadilan berarti (sifat perbuatan, perlakuan) yang adil. Keadilan berarti perilaku atau perbuatan yang dalam pelaksanaannya memberikan kepada pihak lain sesuatu yang semestinya harus diterima oleh pihak lain.

- Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Politik menyatakan bahwa keadilan sebagai suatu keadaan di mana orang dalam situasi yang sama diperlakukan secara sama.

Mengenai makna keadilan, Aristoteles membedakan dua macam keadilan, yaitu

a. Keadilan Komulatif, dan

b. Keadilan distributive.

Sedangkan plato, guru Aristoteles, menyebutkan ada tiga macam, yaitu

a. Keadilan komulatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa yang telah diberikan (dari kata commute = mengganti, menukarkan, memindahkan).

b. Keadilan distributive adalah keadilan yang memberikan hak atau jatah kepada setiap orang menurut jasa-jasa yang telah diberikan (pembagian menurut haknya masing-masing pihak). Di sini keadilan tidak menuntut pembagian yang sama bagi setiap orang, tetapi pembagian yang sama berdasarkan perbandingan.

c. Keadilan legal atau keadilan moral adalah keadilan yang mengikuti penyesuaian atau pemberian tempat seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kemampuannya, dan yang dianggap sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

Keadilan merupakan hal penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Charles E. Merriam dalam Miriam Boedihardjo (1982) meletakkan keadilan ini sebagai salah satu prinsip dalam tujuan suatu Negara, yaitu keamanan ekstern, ketertiban intern, keadilan, kesejahteraan umum, dan kebebasan.

Adalah menjadi tugas pengelenggara Negara untuk menciptakan keadilan. Tujuan bernegara Indonesia adalah terpenuhinya keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat diketahui baik dalam pembukaan UUD 1945 maka Negara yang hendak didirikan adalah Negara Indonesia yang adil dan bertujuan menciptakan keadilan social.

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2164686-pengertian-dan-macam-keadilan/#ixzz1dAb7eL7W

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2164686-pengertian-dan-macam-keadilan/

Upaya Untuk Menghindari Penderitaan

Penderitaan jiwa, berat maupun ringan, sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia di zaman modern ini. Sadar atau tak sadar, banyak orang merasakan penderitaan dan rintihan dalam batinnya. Terhibur dalam keramaian tapi gelisah dalam kesendirian, menjerit dalam kesunyian, menemukan orang yang tepat untuk curhat sulit, orang tua tidak mengerti. Problem ini dirasakan termasuk oleh orang-orang yang taat menjalankan kehidupan ritual agamanya sehari-hari. Dalam keramaian seperti tak ada masalah, ceria, riang dan gembira, tapi dalam kesendirian dan kesunyian, batinnya menjerit karena masalah tak hilang-hilang, beban perasaan terasa berat, stres oleh pekerjaan yang menumpuk, jodoh tak kunjung datang, uang dan materi berlimpah tapi tak ada ketenangan hidup, makanan banyak tapi tak ada kenikmatan dst. Akhirnya, tak betah di rumah, asing dengan diri sendiri, hidup merasa tak bermakna. Kebahagiaan tidak tahu entah ada dimana.


Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini? Umumnya kita melakukan tiga berikut ini: Pertama, refresing dalam berbagai bentuknya seperti rekreasi, hiburan, nonton, olah raga, jalan-jalan, kumpul-kumpul, nongkrong di café, belanja menghabiskan waktu dan uang. Kedua, menyibukkan diri dalam berbagai aktifitas yang diharapkannya bisa melupakan problem-problem hidupnya untuk sementara. Ketiga, menghukum dirinya dengan duduk berjam-jam depan komputer menghabiskan waktu dengan main game, chatting atau yang paling populer sekarang, fesbukan. Ditulislah status-status yang berisi kalimat-kalimat indah, puisi atau curhat yang mengkespresikan penderitaan jiwa yang sedang dialaminya: tentang kehampaan hidup, ketiadaan cinta, kesendirian, kekecewaan dan lain-lain. Dengan cara-cara itu ia berharap penderitaannya akan berkurang atau hilang. Tapi kenyataan tidak, masalah tetap saja muncul dan muncul lagi. Mengatasi penderitaan jiwa kepada aktivitas-aktivitas hiburan seperti itu karena kebingungannya harus bagaimana dan melakukan apa. Masalah tetap saja lestari. Akhirnya, tindakan menjadi salah kaprah. Yang menderita jiwa, yang diobatinya fisik. Sumber masalahnya dalam batin, tapi yang kita lakukan tindakan-tindakan lahir. Yang merasakannya hati tapi jawabannya adalah fikiran atau tindakan-tindakan rasional. Ibaratnya, motor rusak dibawa ke puskesmas, sakit gigi datang ke bengkel, demam pergi ke tukang jahit. Akhirnya, masalah tidak hilang-hilang!

Mengatasi penderitaan jiwa dengan bentuk-bentuk hiburan tidak akan menyelesaikan apa yang sedang kita rasakan. Yang kita dapatkan dari hiburan hanyalah kegembiraan atau kesenangan sesaat yang ketika pulang ke rumah atau kembali pada kesendirian, derita-derita itu datang lagi. Begitulah seterusnya. Karena sudah menjadi sistem kesadaran yang berlangsung lama, akhirnya penderitaan muncul terus-menerus. Di hadapan orang, mungkin penderitaan itu bisa kita sembunyikan, kita seolah biasa-biasa saja, tapi hati tidak bisa dipungkiri apalagi saat-saat menyendiri. Derita-derita itu sungguh sangat menyiksa.

Tidak Tepat Terapi

Salah terapi membuat masalah tidak sembuh-sembuh sehingga penderitaan datang terus-menerus. Setiap masalah yang dialami manusia ada sebab dan akar-akarnya sendiri. Karena itu, proses penyembuhannya pun berbeda satu sama lain. Penyembuhan dengan pendekatan agama secara umum, misalnya dengan memperbanyak dzikir, shalat sunat atau sabar dan tawakkal tidak akan menyelesaikan masalah karena itu semua tidak mengungkap akar-akar masalahya. Ibaratnya, harusnya datang ke dokter spesialis tapi kita datang ke dokter umum.

Mengatasi kesulitan hidup yang memproduksi keluhan-keluhan jiwa bukan dengan sabar dan tawakal yang sering diartikan menerima dengan pasif atau dengan wirid/dzikir sekian ribu kali, istikharah, puasa senin-kamis, tahajjud atau baca asma ul-husna dengan bilangan tertentu. Semua praktek itu untuk menenangkan jiwa bukan untuk menyelesaikan masalah. Banyak mengingat Allah dengan berdzikir itu untuk menenangkan hati: “Ala bidzikrillahi tathma’innul qulub” (Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang), bukan untuk membereskan masalah hingga selesai dan tidak muncul lagi. Buktinya, banyak orang rajin berdzikir tapi mental buruknya tetap saja tidak hilang, banyak orang shalatnya rajin tapi ketika mengejar keinginan tetap saja menghalalkan segala cara, banyak orang sabar dan tawakkal tetap saja jodohnya tidak datang, orang rajin puasa sunat tapi tetap saja kesadaran hidupnya rendah. Bukan ritual agamanya yang salah, tapi antara masalah dengan penyelesaian tidak nyambung, bukan ibadah yang salah, tapi pengobatan tidak tepat.

Shalat sunat, puasa sunat atau dzikir adalah ibadah tambahan untuk melengkapi atau menyempurnakan ibadah-ibadah wajib yang banyak kekurangannya atau yang kita kerjakan tidak maksimal. Ibadah-ibadah sunah itu kita laksanakan sebagai ketaatan pada nabi untuk mencontoh perilaku dan kebiasaan beliau sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah). Kalau pun berdampak pada berkurangnya beban masalah atau kesembuhan penyakit, itu karena kasih sayang Allah saja, bukan oleh ibadah-ibadah itu, dan bukan untuk tujuan menyelesaikan masalah kita beridabah kepada Tuhan.

Bagaimana Mengatasi Masalah yang Tepat?

Ketika penderitaan-penderitaan jiwa menghimpit seseorang pengobatannya bukan dengan memperbanyak dzikir, wirid atau membaca asma ul-husna, apalagi refreshing ke tempat-tempat hiburan. Yang seharusnya dilakukan adalah merenung dan merenung, menghisab diri (introspeksi) atas semua kesalahan, dosa, pembangkangan dan pelanggaran-pelanggaran agama yang pernah dilakukan. Tapi, ini agak sulit. Tidak mudah orang menemukan dan menyadari kesalahan-kesalahannya sendiri. Maka, cara yang benar adalah carilah orang yang bisa memberikan nasehat!! Tanyakanlah mengapa masalah demi masalah datang tak habis-habisnya, kemudian duduk, diam dan dengarkan orang yang menasehati kita.

Orang yang diminta nasehat harus orang yang tepat: yang bersih hatinya, lurus hidupnya, jernih pandangannya, taat agamanya, satu kata antara hati dan perbuatannya, bisa menguasai hawa nafsunya dan tidak mencintai dunia. Dan yang penting dicatat, bukan orang (termasuk kiayi atau ahli hikmah) yang memberikan resep-resep instan agar masalah cepat selsesai, tapi yang bisa menguraikan kesalahan-kesalahan kita, membeberkan kelemahan dan kekurangan kita, yang menunjukkan keburukan-keburukan kita, yang semua menjadi penyebab yang tidak disadari (hijab ruhani) munculnya penyakit-penyakit dalam diri kita, lahir maupun batin.

Mencari orang seperti itu tidak susah bila ada kemauan. Malas atau membayangkan sulit mencarinya adalah penghalang pertama dari kesembuhan. Cara untuk menemukan orang seperti itu adalah dengan menghidupkan kepekaan hati atau qalbu kita: siapakah dalam lingkungan pergaulan kita, atau yang pernah kita kenal atau kita dengar memiliki atau paling dekat dengan sifat-sifat yang disebutkan di atas. Kuburkanlah status sosial kita saat mencari orang seperti itu, jauhkanlah kesombongan karena kebenaran tak ditemukan melalui gengsi dan keangkuhan. Semakin mampu kita menguburkan egosime dan kesombongan, semakin rendah memandang diri sendiri, semakin merasa diri penuh dengan kelemahan dan kekurangan bahkan kehinaan, Insya Allah, “antena” kita makin kuat untuk menangkap sinyal dimana orang yang layak memberikan nasehat itu berada. Dan itu tak selalu berhubungan dengan ketenaran, usia, sebutan kiayi, ustadz dan sebagainya.

Bila sudah menemukannya, datangi lalu pintalah nasehatnya. Tanyakanlah mengapa kita selalu banyak masalah. Tanyakanlah mengapa kita terpuruk, mengapa kita jatuh, mengapa kita stres, mengapa kita tidak dihormati orang, mengapa sulit mencari jodoh, mengapa anak-anak di rumah tidak hormat dan sulit diatur dst. Tanyakanlah kesalahan dan keburukan apa yang kita lakukan. Ketika nasehat diberikan, praktekkanlah rumus 3D: duduk, diam, dengarkan! Hanya itu yang patut kita lakukan saat mendengarkan nasehat. Janganlah pernah membantah nasehat dengan penjelasan dan kata-kata, dengan pikiran, dengan argumen, bela diri dan apologi. Bila itu ditunjukkan, itulah penghalang kedua dari kesembuhan.

Penyakit umum kita adalah membantah nasehat dan banyak menjelaskan. Buanglah jauh-jauh kedua sifat itu. Argumen dan penjelasan diperlukan dalam kegiatan diskusi bukan saat menerima nasehat. Salah satu problem akut manusia modern adalah sulitnya menundukkan hati untuk mendengarkan nasehat dengan rendah hati, tawadhu dan pengakuan kesalahan. Bila rumus 3D itu dijalankan, Insya Allah, jawaban dari persoalan-persoalan hidup yang kita rasakan akan berkurang kemudian hilang. Mengapa? Karena kita melakukan secara tepat tiga hal: benar memahami masalah diri, benar kemana kita harus datang, dan benar apa yang harus kita lakukan. Tepat identifikasi masalah, tepat cara/metoda dan tepat langkah, pasti akan mendatangkan tepat hasil.[] Wallahu’alam!

Sumber Penderitaan

Sumber-sumber penderitaan yang dirasakan oleh manusia itu iyalah :


1. Nafsu

Nafsu adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan termasuk pula instink sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keinginan tidak terlalu jelas. Poedjawiyatna (1984) menyamakan antara keinginan dan nafsu. Nafsu dapat menimbulkan gairah hidup pada manusia.

Nafsu atau keinginan itu bisa menjadi suatu penderitaan / kehancuran jika kita tidak bisa mengendalikannya tetapi jika manusia itu bisa mengendalikan nafsu atau keinginannya maka manusia itu akan sukses di dunia maupun di alam akhirat.

"Kekerasan adalah sumber penderitaan"

keinginan adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak kita dan membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara yang menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan. kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan hanya menimbulkan penderitaan.

“Rinaldy Tonik (2009) didalam blognya mengatakan bahwa Penyebab dari penderitaan, antara lain: yang pertama karena perilaku buruk manusia, maka daripada itu bersikaplah dengan sepatutnya tau wajar. Yang kedua penyakit atau siksaan (Azab) dari Tuhan”

2. Perasaan

Perasaan merupakan gejala psikis. Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia. kalau manusia merasakan cinta, benci dan sebagainya. Perasaan timbul didalam bathin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya dari lingkungan menimbulkan reaksi dalam kaitan reaksi emosional. Reaksi emosional ini dapat sesuai dengan kehendak pribadi tapi ketika tidak sesuai dengan kehendak pribadinya maka akan timbullah rasa tidak puas sehingga timbullah rasa tidak senang, marah dan sikap negatif lainnya.

3. Pikiran

Pikiran disebut juga akal, budi. Dimilikinya budi atau akal ini pula memungkinkan manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Tahu dalam hal ini berarti menghubungkan secara mental sesuatu dengan sesuatu.

4. Kemauan

Kemauan disebut juga kehandak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri manusia memungkinkan manusia memilih. Oleh karena itu kemauan atau kehendak ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang telah di pertimbangkan oleh akal budi dan perasaan.

Tonik Rinaldy. (2009) Sumber Penderitaan. [Online]. Tersedia : http : // 4ld1 .nge bl ogs.com/2009/11/13/sebab-penderitaan/. [13 November 2009].

http://brampatty.blogspot.com/2010/02/makalah-manusia-dan-penderitaan.html

Rasa Sakit

[Makna Rasa Sakit] adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita baik itu secara fisik ataupun psikis. adapun contohnya sebagai berikut:


~ Karena adanya rasa sakit sehingga manusia dengan manusia timbul rasa iba ataupun rasa kasihan yang biasa di sebut rasa keprihatinan dan rasa sosial

~ Rasa sakit itu juga membuat hubungan antara manusia dengan Tuhan semakin dekat

Siksaan

Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akiabt siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yagn sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang  merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, keakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.

Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.


Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.

Manusia Dan Penderitaan

Pengertian Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita, kata derita beraal dari bahasa Sanskerta “dhara” artinya menahan, menanggung. Derita berarti menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.



Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.


Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.


Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.


Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.


Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.


Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.


Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar. Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).


Sumber-sumber Penderitaan


Manusia adalah mahluk yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan, saling berhubungan, dan pengaruh mempengaruhi antara unsur jasmani dan rohani, karena itu penderitaan dapat terjadi pada tingkat jasmani dan rohani.


Sumber-sumber penderitaan yang dirasakan oleh manusia itu iyalah :


1. Nafsu


Nafsu adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan termasuk pula instink sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keinginan tidak terlalu jelas. Poedjawiyatna (1984) menyamakan antara keinginan dan nafsu. Nafsu dapat menimbulkan gairah hidup pada manusia.


Nafsu atau keinginan itu bisa menjadi suatu penderitaan / kehancuran jika kita tidak bisa mengendalikannya tetapi jika manusia itu bisa mengendalikan nafsu atau keinginannya maka manusia itu akan sukses di dunia maupun di alam akhirat.


keinginan adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak kita dan membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara yang menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan. kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan hanya menimbulkan penderitaan.


“Rinaldy Tonik (2009) didalam blognya mengatakan bahwa Penyebab dari penderitaan, antara lain: yang pertama karena perilaku buruk manusia, maka daripada itu bersikaplah dengan sepatutnya tau wajar. Yang kedua penyakit atau siksaan (Azab) dari Tuhan”


2. Perasaan


Perasaan merupakan gejala psikis. Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia. kalau manusia merasakan cinta, benci dan sebagainya. Perasaan timbul didalam bathin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya dari lingkungan menimbulkan reaksi dalam kaitan reaksi emosional. Reaksi emosional ini dapat sesuai dengan kehendak pribadi tapi ketika tidak sesuai dengan kehendak pribadinya maka akan timbullah rasa tidak puas sehingga timbullah rasa tidak senang, marah dan sikap negatif lainnya.


3. Pikiran


Pikiran disebut juga akal, budi. Dimilikinya budi atau akal ini pula memungkinkan manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Tahu dalam hal ini berarti menghubungkan secara mental sesuatu dengan sesuatu.


4. Kemauan


Kemauan disebut juga kehandak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri manusia memungkinkan manusia memilih. Oleh karena itu kemauan atau kehendak ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang telah di pertimbangkan oleh akal budi dan perasaan.


Tonik Rinaldy. (2009) Sumber Penderitaan. [Online]. Tersedia : http : // 4ld1 .nge bl ogs.com/2009/11/13/sebab-penderitaan/. [13 November 2009].


http://brampatty.blogspot.com/2010/02/makalah-manusia-dan-penderitaan.html