Halaman

Selasa, 31 Maret 2015

Teknik Pengambilan Data



A.    Pendekatan Penelitiaan
Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif  adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara , catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.
Dalam penelita kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari, 1998).

B.     Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, karakteristik subjek adalah Sebagai berikut :

Subjek penelitian ini adalah wanita yang berusia 46 tahun, pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, belum menikah, dan single mother. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang.

silahkan download link dibawah ini untuk lebih jelasnya
Selamat Mencoba semoga bermanfaat

Tugas Kelayakan Pabrik


TUGAS
ANALISIS KELAYAKAN PABRIK
(Pabrik Semen Unit Safety)



Kelompok                : 2 (Dua)
1. Andrian K             /30411816       6. Putriamara Abi N   / 35411678
2. Arini Mega P.K   / 31411160      7. Silvia Olinda W      / 38411737
3. Bayu Dwi P          / 31411420      8. Siti Emha R.R         / 36411802
4. Galih Hari K       / 39411142      9. Wahyu Seto S         / 37411909
5. Mega Nurul F      /34411383      
Tanggal                    : 3 November 2014 
Kelas                        : 4ID02




JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015

PROSES PRODUKSI SEMEN

Proses produksi yang dilakukan dalam suatu perusahaan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu produk yang dihasilkan. Pembuatan semen yang dilakukan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. menggunakan proses kering dengan tujuan efisiensi pemakaian bahan bakar dalam proses produksinya serta pemeliharaan peralatan yang digunakan. Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan semen mempunyai persentase perbandingan berat yang akan menentukan kualitas dari semen yang dihasilkan, seperti batu kapur 80%, tanah liat dan pasir silika 16%, pasir besi 4%, dan gypsum 3-5%.  Berdasarkan Laporan Tahunan Perusahaan 2011 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.merupakan salah satu pabrik semen terbesar di Indonesia dengan kapasitas sebesar 18,4 juta ton terak (clinker) per tahun. Hasil produksi yang besar tentu saja mengharuskan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.memiliki sumber bahan baku yang cukup. Bahan baku tersebut diperoleh dengan cara melakukan penambangan di daerah perbukitan di sekitar lokasi pabrik. Selain itu ada pula bahan baku yang didatangkan dari luar lokasi pabrik. Bahan baku yang ditambang adalah batu kapur (limestone) dan tanah liat (sandy clay). Bahan baku yang didatangkan dari luar pabrik antara lain pasir silika, pasir besi, dan gypsum. Berikut ini merupakan proses pembuatan semen secara garis besar di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.adalah sebagai berikut.
1.        Penambangan dan penyediaan bahan baku (unit mining).
2.        Pengeringan dan penggilingan bahan baku (unit raw mill).
3.        Pembakaran dan penggilingan tepung baku (unit kiln).
4.        Penggilingan akhir (unit finish mill).
5.        Pengantongan semen (unit packing).
Gambar 1 Flowchart Proses Pembuatan Semen
4.2.1        Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku
Penambangan bahan baku yang dilakukan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. hanya terhadap dua bahan baku pembuat semen yaitu batu kapur (limestone) dan tanah liat (sandy clay). Penambangan batu kapur di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. terletak di gunung kapur Klapanunggal yang berjarak 7 km dari lokasi pabrik. Kebutuhan produksi di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. membutuhkan 300.000 ton per hari, karena batu kapur merupakan batuan yang mempunyai sifat fisik yang keras maka perlu dilakukan peledakkan untuk melepaskan dari batuan induknya. Jenis penambangan yang dilakukan bersifat terbuka (open cut mining), yaitu suatu aktivitas penambangan yang efisiennya dipengaruhi oleh faktor-faktor luar antara lain cuaca dan tekanan udara. Penambangan batu kapur meliputi beberapa tahapan, yaitu:
1.        Pembersihan (cleaning)
Pembersihan tanah harus dilakukan untuk mendapatkan batu kapur. Pembersihan dilakukan dengan menghilangkan lapisan tanah ± 30 cm.
2.        Pengeboran (drilling)
Kegiatan pengeboran bertujuan untuk membuat lubang tembak, dimana di dalam lubang tembak inilah bahan peledak akan ditempatkan.


3.        Peledakan (blasting)
Peledakkan dilakukan untuk membongkar batuan kapur dari batuan induk yang memiliki kekerasan yang tinggi. Beberapa bahan peledak yang sering digunakan antara lain:
a.     Dinamit (domitine) sebagai peledak.
b.    ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil) sebagai bahan peledak.
c.     Detonator listrik sebagai pemicu ledakkan.
d.    Kabel untuk menyalurkan arus dari mesin peledak ke detonator listrik.
e.     Blasting ohm meter alat pengeras rangkaian peledak.
f.     Blasting machine sebagai penimbul arus listrik untuk meledakkan detonator.
4.        Pemuatan dan pengangkutan (loading dan houling)
Batu kapur hasil peledakkan akan diangkut oleh whell loader merk caterpillar tipe 988B yang mempunyai kapasitas 5-10 m3. Alat ini mengangkut batuan dan memindahkannya ke dalam truck dengan kapasitas 30 ton.
5.        Penghancuran batuan (crushing)
Batuan harus direduksi ukurannya menjadi ±80 mm agar hasil penambangan dapat dilakukan pada unit penggilingan tepung baku (raw mill). Alat penghancur yang digunakan yaitu:
a.    Impact crusher yang berkapasitas 1200 ton per jam.
b.    Double shaft hammer yang berkapasitas 1200 ton per jam.
c.    Jaw crusher yang berkapasitas 35 ton/jam
6.        Pengiriman (conveying)
Pengiriman batu kapur ke plant dari tempat penambangan berjarak ± 6 km menggunakan alat pengangkut (belt conveyor) dengan kapasitas 2000-2500 ton per jam. Batu kapur yang telah direduksi ukurannya sebagian langsung didistribusikan ke pabrik produksi yang ada dan sebagian lagi disimpan dalam penampungan sementara. Hal tersebut berfungsi untuk mengatur dan mengontrol kualitas serta kuantitas batu kapur sebelum dikirim ke pabrik produksi. Tempat penampungan bahan baku batu kapur yang dikirim disusun membentuk susunan menggunakan metode chevron, dimana material ditumpuk oleh mesin stacker yang bergerak bolak balik di atas titik tengah lokasi penumpukan bahan baku (centre line pile). Metode ini menyebabkan pemisahan material dimana partikel yang halus menumpuk di bagian tengah dan partikel kasar berada pada permukaan dan dasar tumpukan material. Proses pencampuran (blending) yang akan menghasilkan komposisi bahan baku homogen, menyebabkan metode penumpukan ini harus ditarik dari ujung secara melintang pada setiap permukaan tumpukan material.
Lokasi penambangan tanah liat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.terletak di Hambalang yang letaknya tidak jauh dari lokasi pabrik. Tahapan-tahapan penambangan tanah liat adalah sebagai berikut:
1.        Pembokaran batuan (Loosening)
Loosening adalah pengerukkan tanah liat dan pasir silika. Sifat fisik dari batuan yang ditambang sangat keras maka sering terjadi kerusakan pada alat berat yang digunakan. Antisipasi yang dilakukan adalah pembongkaran batuan menggunakan alat bor dan peledak tetapi masih dalam skala yang kecil.
2.        Pemuatan (Loading)
Loading adalah pengangkutan material ke dalam alat penghancur. Pengangkutan tersebut menggunakan whell loader dengan merk caterpillar 966 D dan excavator type 245.
3.        Pengangkutan (Houling)
Pengangkutan material dari lokasi penambangan ke dalam alat penghancur (crusher) dilakukan dengan menggunakan dump truck komatsu HD 200 yang berkapasitas 200 ton.
4.        Pengecilan ukuran (Size reduction)
Pengecilan ukuran batuan hasil penambangan dilakukan dalam 2 tahap, dengan tujuan agar produk hasil proses penggilingan dapat mencapai spesifikasi tertentu. Penggilingan dilakukan menggunakan alat double roll crusher yang berkapasitas 1000 ton per jam.
5.        Pengiriman material (Conveying)
Pengiriman material dari Hambalang dilakukan menggunakan pengangkut (belt conveyor) HP1 sistem yang panjangnya 5,5 km dengan kapasitas 1000 ton per jam. Pabrik produksi melakukan penyimpanan bahan baku tanah liat menggunakan metode chevron atau penumpukan material secara merata untuk menghasilkan komposisi yang homogen sebelum proses pencampuran dilakukan.

4.2.2    Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku
Proses awal bahan baku mendapatkan perlakukan proses produksi terjadi pada tahapan ini. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.dilakukan pada unit Raw Mill Plant 1-2 dimana produk yang dihasilkan berupa tepung baku semen (raw meal). Produk tersebut yang akan dijadikan umpan material pada proses pembakaran tepung baku untuk menghasilkan terak atau biasa disebut clinker. Clinker merupakan produk material setengah jadi berupa massa butiran padat yang digunakan sebagai umpan material setengah jadi pada proses penggilingan akhir (finishing mill) untuk mendapatkan produk akhir berupa semen. Proses produksi diawali dengan proses pengeringan material batu kapur (limestone) dan tanah liat (sandy clay) pada mesin impact dryer dan tanur putar (rotary dryer). Proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan material dengan ukuran tertentu serta mendapatkan kelembapan material yang menjadi ketentuan dalam membuat semen yang berkualitas baik. Material bahan baku pasir besi dan pasir silika telah berada pada tempat penyimpanan masing-masing (open storage), selanjutnya dipindahkan menuju mesin penampungan (hopper) menggunakan penggaruk dan mesin bongkar-muat (loader), sehingga tidak membutuhkan proses awal. Material batu kapur (limestone) dan tanah liat (sandy clay) setelah mendapatkan proses awal, selanjutnya disimpan ke dalam penyimpanan (stock pile) menggunakan pengangkut (belt conveyor). Selama proses pengangkutan, terjadi proses pencampuran awal (pre-blending) dalam belt conveyor dengan kapasitas tertentu. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan material dengan komposisi kimia campuran antara batu kapur (limestone) dengan tanah liat (sandy clay). Sehingga material campuran tersebut disimpan dengan teknik penumpukan chevron ke dalam tempat penyimpanannya (limestone-clay storage) dan siap mendapat proses selanjutnya. Proses penggilingan material diawali dari penggaruk material (reclaimer) yang mengambil bahan baku (raw material) dari tempat penyimpanan masing-masing (stock pile) menuju pengangkut berjalan (belt conveyor) dengan kapasitas tertentu sesuai dengan kebutuhan proses. Teknik pengambilan material dengan penggaruk (reclaimer) ini juga menentukan keseragaman komposisi bahan baku yang merata, karena sebelumnya material ditumpuk menggunakan sistem pile chevron yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahan baku yang diangkut dari pengangkut berjalan (belt conveyor) tersebut dimasukkan ke dalam tempat penampungan masing-masing (storage bin) dengan kapasitas tertentu. Tempat penyimpanan tersebut (storage bin) akan menjadi awal proses penggilingan material untuk menghasilkan material setengah jadi tepung baku semen (raw meal).
Pengumpanan bahan baku ke dalam sistem proses selanjutnya diatur oleh mesin penimbang berat material (weight feeder), yang diletakkan tepat di bawah penampungan masing-masing material (storage bin). Prinsip kerja mesin penimbang berat material (weight feeder) ini adalah mengatur kecepatan scavenger conveyor, yaitu alat untuk mengangkut material dengan panjang lintasan tertentu dan mengatur proporsi jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan baku yang ada pada scavenger conveyor sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan. Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke pengang belt conveyor dan diumpankan ke dalam mesin penggiling material (raw grinding mill) untuk mengalami proses penggilingan dan pengeringan. Material yang keluar dari mesin penggiling (raw grinding mill) mempunyai kehalusan 170 mesh dengan kadar air kurang dari 1%. Proses pengeringan material terjadi akibat adanya udara panas yang berasal dari mesin pendingin terak (clinker coller machine) dan menara penghasil gas panas material (suspension pre-heater). Udara panas tersebut juga digunakan sebagai media untuk membawa partikel-partikel material yang telah halus menuju alat proses selanjutnya. Bahan baku akan masuk ke dalam mesin penggiling (raw grinding mill) melalui bagian tengah mesin, sedangkan gas panas masuk melalui bagian bawah mesin. Material yang sudah tergiling halus akan terbawa gas panas keluar dari mesin penggiling (raw grinding mill) melalui bagian atas alat tersebut. Mesin penggiling material (raw grinding mill) memiliki bagian yang dinamakan classifier yang berfungsi untuk mengendalikan ukuran partikel yang boleh keluar dari mesin. Partikel dengan ukuran besar akan dikembalikan ke dalam mesin (raw grinding mill) untuk mengalami penggilingan dan penghalusan lanjutan sampai ukurannya mencapai ukuran yang ditentukan. Material dari bahan baku dalam mesin penggiling material (raw grinding mill) yang telah memiliki ukuran sesuai, secara otomatis akan terbawa oleh gas panas menuju cerobong pemisah (cyclone). Cyclone adalah sebuah cerobong yang merupakan bagian dari mesin penggiling (raw grinding mill) berfungsi untuk memisahkan material dengan ukuran partikel cukup halus dengan partikel sangat halus. Partikel material yang cukup halus selanjutnya akan turun ke bagian bawah (cyclone) dan dikirim ke penampungan (blending silo) untuk mengalami proses pengadukan dan homogenisasi. Partikel yang terlalu halus berupa debu, akan terbawa gas panas menuju mesin penghisap debu (electrostatic precipitator), sehingga debu-debu hasil produksi tidak lepas ke udara sekitar melainkan tertangkap dan masuk dalam tempat penampungan debu (dust bin). Material yang akan menuju secara bersamaan dalam penampungan (blending silo) dan mesin penghisap debu (electrostatic precipitator) akan melepaskan udara yang keluar mesin melalui stack. Material yang terbagi menjadi dua jenis berdasarkan ukuran kehalusan partikelnya, akan dibawa menuju penampungan (blending silo) melalui saluran udara pemisah material (air separator) dan pengangkut material (bucked elevator). Saluran mesin air separator tersebut juga akan memisahkan material dengan ukuran partikel berdasarkan kehalusannya sebelum masuk ke dalam penampungan material tepung baku semen (blending silo).
Material dengan ukuran partikel yang belum sesuai, akan kembali disalurkan masuk ke dalam mesin penggiling (raw grinding mill) untuk kembali mendapatkan proses penggilingan. Tempat penampungan material pada proses penggilingan adalah blending silo. Tempat penampungan tersebut juga berfungsi untuk mencampurkan material dengan harapan komposisi penyusun material setengah jadi berupa tepung baku semen (raw meal) dapat homogen atau seragam. Material bahan baku setelah mendapatkan proses pada mesin penggiling (raw grinding mill) masuk dalam penampungan (blending silo) dan siap untuk mendapatkan proses selanjutnya. Sebelum proses pencampuran dilakukan, perlu dilakukan pengambilan sampel untuk menguji kehomogenan komposisi kimia material di dalamnya. Blending silo dilengkapi dengan alat pendeteksi ketinggian (level indicator), sehingga jika penampungan sudah terisi penuh, maka pemasukan bahan baku terhenti secara otomatis. Penampungan material pada blending silo yang digunakan di Unit Raw Mill Plant 1-2 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. ada dua buah, yaitu blending silo timur dan blending silo barat, dengan kapasitas masing-masing silo adalah 20.000 ton. Sebelum material masuk dalam blending silo untuk mendapatkan proses pencampuran material, dilakukan pengambilan sampel secara otomatis setiap jamnya untuk mengetahui komposisi kimia material penyusun. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia material hasil penggilingan sebelum dilakukan proses pencampuran dan pengadukan (homogenisasi). Hasil pencampuran yang baik memerlukan pelaksanaan proses yang tepat, yaitu dengan menjaga isi dari setiap silo kurang lebih setengah dari kapasitas silo sebesar 10.000 ton. Pelaksanaan operasi sumber bahan baku yang telah homogen atau disebut dengan material setengah jadi tepung baku semen (raw meal), diambil dari kedua tempat penampungan tersebut (silo) tersebut. Berikut ini merupakan skema proses produksi pada Unit Raw Mill Plant 1-2 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Gambar 2 Proses Produksi Semen

4.2.3    Pembakaran dan Penggilingan Tepung Baku Semen
Mesin yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan baku adalah suspension pre-heater, dengan tempat penampungan material pengumpan adalah kiln feed bin. Material hasil proses homegenisasi tepung baku semen (raw meal) pada penampungan (blending silo) yang telah dilakukan, terlebih dahulu ditampung dalam penampungan umpan terak (kiln feed bin). Penampungan tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan umpan material sebelum masuk dalam proses pemanasan awal (pre-heater). Mesin pada menara suspension pre-heater merupakan suatu susunan empat buah cerobong (cyclone) dan satu buah calsiner yang tersusun menjadi satu jalur (string). Suspension pre-heater yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu: in-line calsiner (ILC) dan separate line calsiner (SLC). Hal tersebut membuat proses pemanasan awal (pre-heater) yang digunakan adalah suspension pre-heater dengan dua jalur susunan (string) dimana masing-masing susunan (string) terdiri dari empat tahap pemanasan dan satu tahapan kalsinasi. Proses kalsinasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menguraikan partikel bahan baku yang bersenyawa karbonat menjadi senyawa oksida dan karbondioksida. Proses kalsinasi tersebut diintensifkan di dalam calsiner dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar batu bara.
Masing-masing jalur (string) mempunyai saluran udara pada mesin (inlet) sehingga material yang masuk melalui ILC akan mengalami kalsinasi, karena setelah sampai calsiner ILC material tersebut ditransfer ke SLC. Sedangkan material yang masuk melalui SLC hanya akan mengalami satu kali kalsinasi, karena setelah sampai ke calsiner SLC material akan langsung masuk ke dalam mesin tanur putar (rotary kiln). Umpan terak (kiln feed) dari proses pemanasan awal (pre-heater) yang masuk dalam tanur putar (rotary kiln) akan membuat material tepung baku (raw meal) mengalami proses pembakaran menjadi terak (clinker). Mesin yang digunakan pada proses utama untuk menghasilkan terak (clinker) adalah mesin tanur putar (rotary kiln). Mesin ini merupakan tabung memanjang horisontal yang diletakkan dengan kemiringan tertentu. Kemiringan mesin tanur putar (rotary kiln) yang digunakan di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.adalah sekitar 40 dengan arah menurun (declinasi) dari ujung material umpan terak (rotary kiln) masuk sampai pada ujung lain, dimana terjadi proses pembakaran bahan bakar (burning zone). Kapasitas tanur putar tersebut adalah 7800 ton/hari dengan bahan bakar berupa batu bara, sedangkan untuk pemanasan awal digunakan IDO (Industrial Diesel Oil). Sistem kerja mesin tanur putar tersebut selalu diamati dengan menggunakan gas analyzer yang berfungsi untuk mengendalikan kadar O2 (oksigen), CO (karbon monoksida) dan NOx (natrium monoksida) pada gas buang, sehingga apabila terjadi kelebihan atau kekurangan maka jumlah bahan bakar dan udara akan langsung disesuaikan. Proses yang terjadi dalam tanur putar (rotary kiln) dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Daerah transisi ( Transision zone )
2. Daerah pembakaran ( Burning zone )
3. Daerah pelelehan ( Sintering zone )
4. Daerah pendinginan ( Colling zone )
Temperatur material yang masuk ke dalam tanur putar adalah 800-900 oC sedangkan temperatur terak (clinker) yang keluar dari tanur putar adalah 1300-1450 oC. Proses kalsinasi 93% yang sudah terjadi pada calsiner di dalam mesin, mengakibatkan umpan material akan mengalami kalsinasi lebih lanjut dan pelelehan di daerah pembakaran (Burning Zone) sehingga akan menghasilkan terak (clinker). Sistem pembakaran pada mesin tanur putar (rotary kiln) yang digunakan adalah secara tidak langsung (indirect firing), dimana batu bara hasil penggilingan di mesin penggiling batu bara (coal mill) dengan menggunakan gas panas dari pre-heater, tidak digunakan langsung melainkan ditampung dahulu di dalam penampungan batu bara (coal bin). Batubara yang digunakan untuk pembakaran material di mesin tanur putar (rotary kiln) sebesar 16,7 ton/jam. Penghasil udara yang utama dalam proses pembakar di mesin tanur putar (rotary kiln) berasal dari kipas utama (primary air fan) dan udara sekunder berasal dari gas buang mesin pendingin terak (clinker cooler machine). Proses kalsinasi pada tanur putar (rotary kiln) dibagi menjadi 4 zone, yaitu: Zone Kalsinasi : suhu 900 – 1000 °C Zone Transisi : suhu 1000 – 1250 °C Zone Pembakaran (Burning) : suhu 1250 – 1450 °C Zona Pendinginan (Cooling) : suhu 1300– 1450 °C .
Material terak (clinker) panas yang keluar dari mesin (rotary kiln) dengan temperatur sekitar 1400 °C turun ke mesin pendingin (cooler) untuk mendapatkan proses pendinginan sampai temperatur sekitar 85 °C. Alat pendingin terak (clinker cooler) yang digunakan adalah jenis Grate Cooler yang terdiri atas 9 bagian (compartemen). Sebagai media pendingin digunakan udara yang dihasilkan oleh 16 buah kipas untuk dihembuskan ke dalam kompartemen. Mesin utama yang digunakan untuk proses pendinginan terak (clinker) adalah mesin pendingin material (cooler). Mesin ini (cooler) ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah terak (clinker) (Clinker Breaker). Setelah proses pembentukan terak (clinker) selesai dilakukan di dalam tanur putar, terak tersbut (clinker) tersebut terlebih dahulu didinginkan di dalam mesin pendingin (cooler) sebelum disimpan di dalam penampungan material terak (clinker silo). Udara yang keluar dari mesin (cooler) dimanfaatkan sebagai media pemanas pada mesin penggiling (raw grinding mill), sebagai pemasok udara panas pada proses pemanasan awal (pre-heater), dan sebagian lain dibuang ke udara bebas. Kapasitas desain mesin pendingin (cooler) adalah 7800 ton/hari. Material terak (clinker) yang keluar dari tanur putar masuk ke dalam compartmen dan akan terletak di atas grade. Dasar grade ini mempunyai lubang-lubang dengan ukuran yang kecil untuk saluran udara pendingin. Material terak (clinker) akan terus bergerak menuju compartemen yang kesembilan dengan bantuan mesin grate cooler yang bergerak. Selanjutnya material terak (clinker) dikirim menuju tempat penampungan terak (clinker silo) dengan menggunakan alat transportasi pengangkut berjalan (deep drawn pan conveyor). Sebelum sampai di penampungan terak (clinker silo), material terak (clinker) akan melalui sebuah alat penditeksi kandungan kapur bebas, jika kandungan kapur bebas pada material (clinker) melebihi batas yang diharapkan maka terak (clinker) akan dipisahkan dan disimpan dalam tempat penampungan tersendiri. Kapasitas penampungan terak (clinker silo) adalah 75000 ton sedangkan tempat penampungan material terak gagal (reject clinker) kapasitasnya adalah 2000 ton. Berikut ini merupakan bagan secara umum proses produksi unit kiln untuk menghasilkan produk clinker.
Gambar 3 Skema Proses Produksi Klin

4.2.4    Penggilingan Akhir
Mesin utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya pula penggilingan terak (clinker) dengan gypsum adalah ball mill. Material gypsum adalah bahan tambahan dalam pembuatan semen yang juga merupakan bahan campuran untuk material terak (clinker) pada penggilingan akhir. Gypsum yang di datangkan dari tempat lain disimpan di tempat penyimpanan (stock pile gypsum) yang berkapasitas 20.000 ton, kemudian dengan menggunakan dump truck, material gypsum tersebut dikirim ke dalam penampungan berkapasitas (bin gypsum) untuk diumpankan ke dalam penggilingan akhir dan dicampur dengan terak (clinker). Material terak (clinker) yang akan digiling dan dicampur dengan gypsum, terlebih dahulu dipindahkan dari penampungan terak (clincer silo) menuju penampungan berkapasitas (clinker bin). Tempat penampungan menggunakan bin berguna untuk mengatur jumlah serta komposisi material terak (clinker) yang akan digiling (proportioning finish grinding mill) untuk menghasilkan semen berkualitas dengan kandungan kimia yang telah ditentukan. Sebelum masuk ke dalam alat penggilingan akhir, material terak (clinker) terlebih dahulu mengalami penggilingan awal dalam mesin penghancur (hidrolic roller crusher) untuk mendapatkan ukuran material terak (clinker) yang sesuai.
Material umpan berupa terak (clinker) dan material tambahan gypsum hasil penghancuran menggunakan mesin penghancur (hidrolic roller crusher), kemudian dimasukkan dalam mesin bola baja penggiling (ball mill) untuk mendapatkan proses penggilingan akhir (finish mill) dan menghasilkan produk berupa semen siap pakai. Kapasitas desain ball mill adalah 210 ton/jam dengan tingkat kehalusan 3200 blaine. Material yang telah mengalami penggilingan kemudian diangkut oleh bucket elevator menuju saluran pemisah (air separator). Separator berfungsi untuk memisahkan semen yang ukurannya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang cukup halus dibawa udara menuju cerobong (cyclone) dan mesin penghisap debu (dust collerctor/electrostatic precipitator), kemudian hasilnya diumpankan kembali ke pengangkut material (bucket elevator) untuk disalurkan menuju tempat penyimpanan semen (silo cement). Produk jadi berupa semen yang siap untuk mendapat proses pengantongan (packing) mempunyai suhu akhir 40 oC dengan tingkat kehalusan mencapai 325 mesh (45μ) atau 3200 blaine.
Gambar 4 Skema Proses Produksi Finish Grinding Mill

4.2.5    Pengantongan Semen
Pada unit kerja pengisian, proses dimulai dari tempat penampungan produk jadi berupa semen (silo cement). Material dari silo tersebut diangkut menuju mesin penyaring getar (vibrating screen) dengan menggunakan mesin pemisah (air separation) dan pengangkut material (bucket elevator) pada masing-masing lini produksi. Pada vibrating screen ini terjadi proses pemisahan antara material halus dan IV-20 kasar. Material yang kasar akan dibuang melalui pipa buang sedangkan untuk material yang halus akan dilanjutkan ke bin penampungan yang kemudian didistribusikan ke lini pengantongan (in-line packer) dari setiap bin. Masing-masing lini pengatongan semen (in-line packer) terdiri dari enam buah corong pengisian yang mengumpankan semen ke dalam kantong dengan kapasitas masing-masing 50 kg. pengangkut berjalan (screw conveyor) yang panjang dipasang untuk mengurangi jumlah semen yang tumpah pada saat pengisian. Kemudian masuk ke dalam pengangkut (bucket elevator) dan mesin penyaring getar (vibrating screen), selanjutnya masuk ke dalam bin penampungan. Semen yang telah masuk ke dalam kantong akan diangkut dengan pengangkut berjalan (belt conveyor) menuju truk pengangkutan. Pencegahan polusi udara pada unit pengantongan ini di lengkapi dengan alat penghisap debu (dust collector) jenis bag filter. Proses pengantongan semen ini menjadi akhir dari proses produksi pembuatan semen di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Gambar 5 Proses Pengantongan Semen




ALAT PENGUJIAN PENGIKATAN AKHIR PASTA SEMEN
         Pengujian dilakukan untuk mengetahui kapan pengikatan akhir terjadi.  Waktu ikat akhir ( final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras/bisa menerima tekanan
         Alat yang digunakan adalah Alat VICAT
         Final setting time beton tidak boleh lebih dari 8 jam
Gambar 6 Alat Vicat Apparatus


PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN / FINENESS
         Untuk mengetahui kehalusan semen.
         Makin halus suatu semen, maka makin cepat berekasi dengan air dan kekuatan pasta semen akan makin bertambah.
         Makin halus suatu semen makin banyak air yang dibutuhkan.
         Metode yang digunakan adalah dengan ayakan no 170 ASTM (paling sederhana) atau dengan alat Blaine Air Permeability
Gambar 7 Alat Blaine Air Permeability




STRUKTUR ORGANISASI DAN JOBDES

Struktur organisasi  adalah suatu bagian yang menunjukkan hubungan antara fungsi dan tugas dari tiap – tiap bagian dalam suatu organisasi. Struktur organisasi k3 dapat dikategorikan sebagai berikut :
a.    Departemen berdiri sendiri dan berada langsung dibawah General Manager
b.    Departemen berada dibawah pengewasan departemen produksi
c.    Departemen berada dibawah pengawasan departemen Maintenance
d.    Berdiri secara independent, dan langsung berada dibawah pengawasan direktur.
Secara umum struktur organisasi departemen K3 dapat dilihat pada gambar berikut :







Bagian–bagian yang terlibat langsung dalam manajemen K3  antara lain:
Ø  Manajer
Merupakan tingkat tertinggi dari masing-masing divisi yang mengelola dan mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas divisinya, khususnya dalam hal penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
Ø  Supervisor
Sebagai mengarahkan, membagi, mengawasi dan memberi penilaian setiap pekerjaan yang dibebankan kepada tiap pelaksana.
Ø  Teknisi
Merupakan pekerja level terakhir yang bertugas menjalankan kegiatan untuk menjalankan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan Tersebut .



FASILITAS

Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan pekerjaan dalam unit safety. Berikut ini fasilitas yang dibutuhkan dalam unit safety:
1.             Alat Pelindung Kepala

Alat Pelindung Kepala atau yang biasa disebut safety helmet merupakan alat pelindung berbentuk helm yang harus digunakan oleh setiap orang yang memasuki area pabrik. Semua helm yang disediakan oleh perusahaan sudah sesuai standar yang dianjurkan (MSA). Warna safety helmet dibedakan menurut wilayah atau area kerja. Macam-macam helm yang digunakan di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik diantaranya:
a.         Helm warna biru (MSA)

Helm ini digunakan untuk bagian umum atau pegawai perkantoran.

b.        Helm warna hijau (MSA)

Helm ini digunakan untuk bagian operasional diantaranya tenaga pelaksana produksi dan laboratorium.
c.         Helm warna kuning (MSA)
Helm ini digunakan untuk bagian kebersihan dan tenaga pemeliharaan.
d.        Helm warna merah (MSA)
Helm ini digunakan untuk bagian K3 dan pemadam kebakaran.
e.         Helm warna putih (MSA)

       Helm ini digunakan oleh pimpinan, kepala seksi, kepala regu dan tamu.

f.         Helm Band (MSA)

       Helm Band ini merupakan tali perekat pengaman pada helm.


2.             Alat Pelindug Mata

Alat pelindung mata atau yang biasa disebut safety glass merupakan alat pelindung berbentuk kacamata. Alat pelindung ini biasanya digunakan oleh pekerja yang behubungan dengan pemijaran. Alat pelindung ini berbentuk kacamata dengan berbagai desain sesuai dengan fungsi atau kegunaannya dalam melindungi mata dari hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan mata yang kemungkinan terjadi sebagai efek dari pekerjaan. Macam-macam alat pelindung mata yang disediakan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik diantaranya:
a.    Kacamata Putih Norton

Kacamata ini digunakan pada daerah yang berdebu. Biasanya dipakai oleh para operator di area finish mill dan packer.
b.    Kacamata Putih Crews,

Kacamata ini  digunakan  oleh para driver untuk bekerja di penggalian dan pembersihan.
c.    Kacamata Las Putih GWL 40-5,

Kacamata ini digunakan untuk pekerjaan las oksigen.

d.   King A

Alat pelindung mata ini masih dalam proses pengajuan.

e.    King B

Alat pelindung mata ini masih dalam proses pengajuan.


3.             Alat Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan merupakan alat pelindung yang berbentuk sarung tangan dengan berbagai macam desain sesuai dengan kegunaannya yaitu untuk melindungi tangan dari bahaya lecet akibat benda-benda kasar maupun bahaya zat-zat kimia yang dapat merusak tangan. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik telah menyediakan berbagai macam sarung tangan untuk para tenaga kerja diantaranya sebagai berikut:
a.    Sarung Tangan Terpal

Sarung tangan ini digunakan untuk semua pekerjaan umum selain pekerjaan panas.
b.    Sarung Tangan Karet Kimia

Sarung tangan ini digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan bahan-bahan kimia korosif atau bahan kimia beracun.
c.    Sarung Tangan Karet Listrik

Sarung tangan ini digunakan pada pekerjaan yang berhubungan dengan listrik.

d.   Sarung Tangan Kulit Las

Sarung tangan ini digunakan untuk pekerjaan pengelasan.

4.             Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki atau biasa disebut safety shoes merupakan alat pelindung berbentuk sepatu yang telah dirancang khusus sedemikian rupa dengan menggunakan bahan-bahan tertentu sesuai dengan fungsi atau kegunaanya dalam melindungi kaki dari bahaya-bahaya yang dapat menimbulkan cedera dari resiko pekerjaan. Jenis-jenis safety shoes yang disediakan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik diantaranya:
a.    Sepatu Karet

Sepatu ini digunakan oleh pekerja di bagian bengkel listrik.

b.    Sepatu Tahan Api (dengan sol mengandung banyak unsur karbon) Sepatu ini digunakan oleh pekerja di bagian produksi.
c.    Sepatu hujan

Sepatu ini digunakan oleh pekerja di semua bagian.

5.             Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi telinga dari bahaya kebisingan. Oleh karena itu, alat pelindung telinga ini harus digunakan oleh setiap tenaga kerja yang berkerja atau memasuki area pabrik yang bising. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik telah menyediakan alat pelindung telinga diantaranya:
a.    Ear Muff  tipe SA-301
Jenis alat pelindung telinga ini dapat mengurangi kebisingan dengan intensitas 30 40 Hertz. Ini dipakai pada alat bersuara berat seperti; bagian pendinginan, genset dan penggilingan.
a.    Ear Plug tipe Bilsom

Jenis alat pelindung telinga ini dapat mengurangi kebisingan dengan intensitas 15 20 Hertz. Ini dipakai untuk pekerja pada alat bersuara ringan yaitu pada semua bagian.


a.              Alat Pelindung Kerja Las

Alat pelindung ini khusus digunakan untuk para pekerja di bagian pengelasan. Jenis-jenis alat pelindung kerja las yang disediakan di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik diantaranya:
a.    Welding Helmet

Alat ini digunakan untuk melindungi kepala dan wajah dari percikan api pada waktu mengelas dengan menggunakan listrik.
b.    Welding Hand

Alat ini digunakan untuk melindungi tangan dari percikan api pada waktu mengelas dengan menggunakan listrik.
c.    Face Clear Lens

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari percikan api yang banyak.

d.   Face Field Lens

Alat  ini  digunakan  untuk  melindungi  wajah  dari  percikan  api  pada  waktu menggerinda.
e.    Kaca Kap Las EW – 10, EW – 11, EW – 12, EW – 13, dan EW – 14
Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari percikan api yang ringan.

f.     Kaca Kap Las Putih

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari percikan api yang berat atau banyak.



b.             Pakaian Keselamatan

Pakaian keselamatan merupakan perlengkapan untuk melindungi badan dari berbagai bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Pakaian keselamatan ini dapat berupa jaket, rompi, sabuk, baju dan lain sebagainya. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik telah menyediakan berbagai macam pakaian keselamatan diantaranya:
a.    Jaket Kulit Las

Merupakan alat pelindung badan dari pekerjaan pengelasan.

b.    Jaket atau Rompi Balakar

Merupakan alat pelindung badan dari bahaya kebakaran.

c.    Overall

Merupakan baju tahan api yang menutup seluruh tubuh.

d.   Baju las Appron

Merupakan alat pelindung badan dari percikan api pada waktu mengelas.

e.    Ikat Pinggang Operator

Merupakan alat pelindung badan untuk operator mesin yang sedang beroperasi.

f.     Safety Belt
Merupakan alat pelindung badan dari bahaya jatuh dari ketinggian.

g.    Jas Hujan
Merupakan alat untuk melindungi diri dari hujan.


c.              Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan berfungsi untuk mencegah masuknya debu ke saluran pernafasan. Setiap tenaga kerja yang masuk di area pabrik yang berdebu diharuskan memakai alat pelindung pernafasan ini. Jenis-jenis alat pelindung pernafasan yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik diantaranya:
1)   Dust Respirator tipe Unisafe

Alat ini sebagai masker pelindung pernafasan dari bahaya debu yang sifatnya ringan atau konsentrasi rendah.
2)   Respirator tipe RM-706

Alat ini sebagai masker pelindung pernafasan dari bahaya debu.

3)   Filter RF-706

Ini sebagai filter masker debu dari Dust Respirator.

4)   Filter R-90 N

Ini sebagai filter masker debu dari Dust Respirator.

5)   Filter Cartridge RC-009

Ini sebagai filter masker debu.

6)   Respirator kain

Alat ini sebagai masker pelindung pernafasan dari bahaya debu yang sifatnya ringan atau konsentrasi rendah.



A.    Emergency Response Planning


Prosedur penangulangan bencana, di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik telah dibuat dan diorganisir sedemikian rupa agar proses evakuasinya dapat berjalan lancar dan kerugian dapat diminimalisirkan. Pelatihan secara rutin selalu diadakan untuk membentuk tim yang solid dan siap tanggap. Selain itu, seluruh karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik juga harus tahu mengenai prosedur tanggap darurat yang ada.
Setiap lay out gedung, tempat kerja dan perkantoran di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik selalu memiliki tangga darurat yang disertai dengan petunjuk arah keluar berupa tanda panah yang ada pada beberapa anak tangga. Nomor-nomor penting yang harus dihubungi jika terjadi bencana atau keadaan darurat juga telah tertempel di beberapa tempat di lingkungan pabrik. Nomor telepon penting tersebut diantaranya; keamanan (4441), rumah sakit (4442), ambulan (4443), kebakaran (4444) dan kecelakaan (3333).
1.      Prosedur Penanggulangan dan Pemulihan Keadaan Darurat

Prosedur K3 yang telah dibuat oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik dalam menghadapi keadaan darurat atau bencana antara lain:
a.       Membuat prosedur dan mengidentifikasikan keadaan darurat yang potensial baik di dalam maupun di luar tempat kerja yang didokumentasikan.
b.      Menguji dan meninjau ulang prosedur keadaan darurat bersama petugas yang berkompeten.
c.       Memberi pelatihan atau instruksi mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.
d.      Meletakkan  instruksi  keadaan  darurat  secara  jelas  dan  mencolok  untuk diketahui seluruh pegawai.
Sedangkan prosedur K3 yang telah dibuat oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik mengenai rencana pemulihan keadaan darurat antara lain:
a.       Membuat prosedur pemulihan keadaan darurat.

b.      Melaksanakan pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal.
c.       Membantu pegawai yang mengalami trauma akibat kondisi keadaan darurat yang terjadi.







Sedangkan prosedur K3 yang telah dibuat oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik mengenai rencana pemulihan keadaan darurat antara lain:
a.       Membuat prosedur pemulihan keadaan darurat.

b.      Melaksanakan pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal.
c.       Membantu pegawai yang mengalami trauma akibat kondisi keadaan darurat yang terjadi.
2.      Penanggulangan Kebakaran

Untuk penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik secara khusus telah menyiapkan perlengkapan seperti APAR, hidran, fire alarm system dan mobil PMK.
a.       Alat pemadam Api Ringan (APAR)

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik telah menyediakan APAR di setiap unit kerja bahkan di setiap sudut dan depan ruangan yang juga dilengkapi dengan petunjuk dan prosedur cara penggunaanya serta sebuah kartu merah yang menunjukkan kondisi APAR itu sendiri. Jenis-jenis APAR yang tersedia di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik antara lain:







1)  AF – 11

Digunakan untuk memadamkan api kelas A, B dan C.

2)      CO2

Digunakan untuk memadamkan api kelas B dan C.

3)      Dry Chemical

Digunakan untuk memadamkan api kelas A, B dan C.

4)      BCF

Digunakan untuk memadamkan api kelas A, B dan C.

5)      Busa

Digunakan untuk memadamkan api kelas A dan B.

Dari hasil pengamatan, APAR telah tersedia di semua unit kerja. Pemasangan APAR juga ditempatkan pada posisi yang terlihat dan mudah dijangkau dengan ketinggian 125 cm dari lantai juga dilengkapi dengan kartu yang berisikan tanggal pengisian dan kondisi APAR. Namun demikian, ada beberapa APAR yang diletakkan di lantai dan berada di pojok ruangan di belakang meja sehingga tidak terlihat. Ada pula beberapa kartu pengecekan yang sudah penuh tetapi belum diganti. Untuk memantau apakah kondisi APAR tetap berfungsi dengan baik, maka setiap satu minggu sekali atau biasa dilakukan pada hari Sabtu, rutin dilakukan pengecekan APAR yang meliputi:
1)      Memeriksa keadaan APAR seperti; isi tabung, tekanan, selang, segel dan lain- lain. Namun demikian, baik telah digunakan atau tidak, setiap 1 tahun sekali isi tabung APAR selalu diganti.







2)      Mencatat keadaan APAR pada kartu check APAR yang telah tersedia di setiap APAR.
3)      Dibuat laporan rutin mingguan hasil inspeksi pengecekan APAR.

b.      Hidran

Hidran yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik dibagi menjadi 2 macam:
1)      Hidran lapangan yaitu hidran yang terletak di luar bangunan atau di halaman pabrik.
2)      Hidran yang terletak di dalam gedung atau ruangan.

Pengecekan hidran dilakukan setiap minggu bersamaan dengan pengecekan APAR. Pengecekan hidran tersebut antara lain:
1)      Memeriksa kondisi dan kelengkapan box hidran diantaranya; nozzle berdiameter 2,5 inchi sebanyak 1 buah, selang berdiameter 2,5 inchi sebanyak 1 buah, kopling penyambung machino dan kunci hidran untuk membuka valve hidran.
2)      Memeriksa tekanan air dengan membuka valve hidran.

c.       Fire Alarm System

Fire Alarm System merupakan sistem deteksi dini apabila terjadi kebakaran agar dapat segera diketahui secara cepat dan tepat. Jenis fire alam system yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik yaitu:
1)      Detektor panas (heat detector)







Merupakan detektor yang bekerja berdasarkan pengaruh panas. Sistem ini akan berbunyi apabila panas telah terdeteksi pada suhu tertentu.
2)      Detektor asap (smoke detector)

Merupakan detektor yang bekerja berdasarkan konsentrasi asap tertentu. Detektor ini akan mengeluarkan bunyi bila sistem telah mendeteksi adanya asap dengan konsentrasi yang telah diatur.
d.      Mobil PMK

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik telah menyediakan 2 buah mobil PMK. Mobil PMK ini digunakan untuk penanggulangan terjadinya kebakaran baik di lokasi dalam pabrik maupun di luar pabrik atau masyarakat umum. Untuk perawatan mobil PMK ini hanya dengan pemanasan mesin secara rutin setiap hari dan mengecek peralatan PMK.
Lampiran:

1.      Rute Inspeksi Safety Equipment (lampiran 5)

2.      Jadwal Pengecekan APAR dan Hidran (lampiran 6)

3.      Jadwal Pengecekan Hidran Pilar (lampiran 7)

4.      Lembar Laporan Kebakaran (lampiran 8)



DAFTAR PUSTAKA

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, 2000. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko.
Jakarta: PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

Suma’mur, 1996. Keselamatam Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

kalau kalian mau dapetin document secara lengkap silahkan klik link dibawah ini ya...