Kala senja tiba
dibelakang gedung pusat olahraga, aku berjalan seorang diri dengan pakaian yang
membasah. aku berjalan tergopoh-gopoh dengan membawa semua perlengkapan
olahragaku. Tanpa sengaja aku bersengolan dengan pria sehingga membuat
perlengkapan olahragaku terjatuh. Pria itu membantuku merapihkan semua yang
terjatuh kemudian meminta maaf. Namun tanpa sadar aku hanya menunduk dan
berkata “tidak apa-apa” sembari bergegas menutup tasku. Suaranya sangat lembut
sehingga mampu membuatku tersipu malu namun tak berani menatapnya. Setelah pria
itu berjalan aku memberanikan diri untuk menoleh kebelakang mengikuti langkah
kakinya. Namun pria itu pergi begitu cepat sehingga hanya menyisakan suara
langkah kakinya. Tidak ada yang ku cemaskan setelah pertemuan yang hanya
menyisakan suaranya diingatanku. Aku kembali melangkahkan kakiku menuju toilet
untuk mandi dan berganti baju. Sore ini aku habis latihan baseball dengan
timku. Setelah berganti baju aku bergegas menuju rumah karena hari esok aku
harus datang pagi ke kampus.
Malam itu ku pandangi
langit sambil bercerita pada langit mengenai kejadian sore ini. Aku melepaskan segalanya
yang menjerat hati ini pada langit malam diluar jendela kamarku teoatnya diatas
atap kamarku. Tak lama dari menceritakan kisah hari ini, bintangpun jatuh itu
membuatku makin bahagia. Malam itu aku tutup dengan doa/harapan pada sesuatu
yang benar—benar bisa membuatku bahagia.
Pagi ini aku terlambat
datang ke kampus dan membuatku dihukum oleh dosen hingga pada jam kuliah ke 3
baru bisa ikut kelas selanjutnya. Rasa kesal tak dapat dihindarkan. Karena aku
harus kesiangan demi mencari transportasi lain sehubung kereta yang ku tumpangi
hari itu mengalami gangguan sinyal listrik sehingga perjalanan menjadi kacau
balau. Tak mungkin lagi aku mengikuti kelas pak Sayundi maka aku berjalan
menuju perpustakaan kampus untuk mencoba belajar sambil menenangkan perasaan
kesalku. Ku pilih buku sesuai matakuliah pagi ini kemudian aku duduk disudut
ruangan dengan mengaktifkan musik player di hp ku. Tak aku gubris semua yang
lewat didepan ku. Tapi ada yang mengangguku, dia adalah pria yang duduk persis
di sampingku dia membaca buku dengan menimbulkan kegaduhan bagiku. Aku berdiri
dan pindah dari pria yang gaduh itu. Aku berjalan menyisiri meja-meja baca
kemudian kembali duduk ditempat yang tenang bagiku. Sudah sempat membuatku bisa
tertidur kemudian pria yang tadiku jauhi kembali hadir. Kesal dengan pria itu
aku hanya berjalan dengan menghentakan kaki kemudia keluar dari perpustakaan.
Ku lihat jam tangganku kemudian berlari sekuat tenaga menuju ruang kelas di jam
ke 3. Setelah tiba didepan pintu kelas aku tidak langsung masuk, aku masih
kelelahan dan mencoba menghilangkan rasa kelelahan itu karena jarak
perpustakaan dengan kelasku lumayan jauh dan mengharuskanku naik tangga hingga
lantai 4. Ku buka pintu dan ku pilih tempat duduk paling belakang. Teman-teman
lainnya hanya sibuk pada obrolan masing-masing tanpa menyibukan kehadiranku. Ku
coba ciptakan kenyaman demi belajar dikelas maka ku keluarkan semua
perlengkapan kuliahku. Tak lama kemudian ada dosen ku namanya Bu Yani datang
bersama pria yang aku sendiri tak pernah meilihatnya. Dia adalah anak pindahan
dari Australia dan mulai hari ini bergabung di kelas ini. Semua teman-teman
perempuanku pada histeris melihat nya. Aku tidak mengubris dengan keadaan pada
siang itu. Namun pria itu jalan dan memilih duduk disamping ku. Tidak ku sapa,
tidak ku ajak berkenalan dan tidak ku ajak bicara pria itu.
Dosenpun memulai kuliah
pada siang itu dan aku diminta olehnya untuk membantu mengerjakan soal didepan
dan mengajarkan pada teman-teman semuanya. Setelah jam kuliah bu Yani berakhir
aku bisa kembali ke tempat dudukku. Karena jam kuliah telah habis maka aku
tidak ingin berlama-lama di kelas seperti yang lainnya. Aku memiliki schedule
lain yakni latihan baseball. Tapi ketika aku melangkahkan kaki ku keluar dari
kursiku tiba-tiba pria itu memanggilku. Tidak bisa dipungkiri aku sempat
berfikir seperti mengenal suaranya. Namun aku tidak ingin mengubris
panggilannya. Aku berjalan secepat mungkin karena latihan akan dimulai pada jam
4 sore ini.
Entah berapa lama dia
mengikutiku namun aku memank tidak ingin memikirkan pria yang tidak dikenal.
Setelah tiba ditempat latihan aku berganti pakaian dan memulai latihan. Latihan
ini amat penting karena di sponsori oleh kampus dan dijanjikan untuk beasiswa
bagi para peserta. Dan pertandingan baseball akan dilakukan malam ini jam 7
malam. Sebelum memulai pertandingan baseball tersebut aku sempat melihat pria
itu ada di bangku penonton. Tapi ku pikir semua orang bebas meilihat
pertandingan ini sehingga aku tidak memikirkan alasan dia menonton.
Pertandingan telah
dimulai. Tim kampus ku melawan kampus KGZ. Pertandingan ini cukup alot karena
sama-sama memiliki prestasi terbaik sepanjang sejarah. Dan memank reward yang
disuguhkan bagi pemain dari masing-masing kampuspun cukup menggiurkan. Kami sempat
kalah 2 point dengan tim KGZ namun kami balas kekalahan kami dengan menang 5
point diatas perolehan tim KGZ. Akhirnya tim kami memperoleh kemenangan telak 5
point diatas tim lawan. Kami mendapatkan beasiswa dari pihak kampus atas jirih
payah kami menorehkan tinta emas bagi kampus. Pertandingan itu selesai jam 10
malam dan jarak dari tempat pertandingan menuju rumahku lumayan memakan waktu 1
jam. Dan transportasi yang ku gunakan hanya kereta api kemudian berjalan kaki.
Aku menyukai berjalan kaki dimanapun dan kapanpun. Salah satu program kebugaran
serta program penghematan bagi ku karena semua harus dibayar sesuai jatuh
tempo.
Setelah berganti
pakaian dan bersiap untuk pulang kerumah, aku kembali melihat jam tangganku dan
jarum nya tengah mengarah ke angka 11 kurang. Tanpa pikir panjang aku berlari
karena semakin malam kereta akan semakin tidak mungkin ditemui. Namun aku
terkejut dan terjatuh setelah tersandung kaki seseorang yang tampaknya sengaja
menaruh kakinya disitu. Aku bangun dan marah-marah pada orang itu. Dia hanya
diam membisu dan menarik tanganku. Aku mencoba melepaskan gengaman tangannya
namun dia mengengam sangat kencang. Sakit memank sakit tapi tidak bisa ku
lepaskan dan dia menarik ku dengan cepat. Wajahnya tidak terlihat karena dia
menggunakan jaket hitam topi hitam kemudian celana panjang hitam. Bagaikan
preman kampung stylenya. Aku berpikir-pikir, “apa ini cara mereka balas dendam
pada diriku dan timku?”. Aku berani berpikir seperti itu karena sudah banyak
pengalaman dari para pesaing lainnya yang tiba-tiba mengundurkan diri atau
bahkan bermain secara cacat untuk menghadapi tim KGZ. Perjalanan kala itu
terasa cukup jauh sehingga membuatku bisa berpikir hal yang tidak-tidak. Namun
aku kaget ketika aku diberhentikan didepan mobil sport warna hitam dengan lampu
yang menyala. Semakin menakutkan malam itu bagiku. Aku perempuan yang hidup
seorang diri bila nyawa ku hilang pasti tidak ada yang tau dan tidak ada yang
mencemaskanku. Tidak ada rekan atau teman atau kerabat yang akan mencariku atau
mentangisi kepergianku. Pikiran buruk itu menghantui ku. Semua terjadi dimalam
hari dengan penampilan serba hitam dan tak bisa diprediksi apa yang akan
terjadi pada diriku. Aku dibawa masuk kedalam mobil sport tersebut. Kemudia
pria itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang amat tinggi sehingga aku
tidak mampu menikmati heningnya jalan di malam hari.
Mobil itu berhenti
tepat di depan rumahku. Entah dari mana dan tau dari siapa orang ini tentang
diriku. Tapi aku berterimakasih dengan sanggat ketakutan. Secepat mungkin aku
keluar dari mobil itu namun lagi-lagi langkah kaki ku harus terhenti setelah
mendengar suaranya mengatakan sampai jumpa. Suara itu adalah suara yang ku
kenal saat setelah latihan baseball 2 hari yang lalu. Ketika ku menoleh ke
belakang orang itu sudah menutup pintu mobilnya dan mengendarai mobil tersebut
dengan cepat. Bingung tapi tidak bisa berbicara apapun saat didalam mobil
tersebut. Ingin mencegah kepergiannya namun raga ini tak mampu melakukan itu.
Aku kembali berjalan menuju pintu rumah dan masuk kedalam lalu menuju kea tap
kamarku. Aku kembali menceritakan segala keberhasilan dan ketakutanku pada
langit dimalam hari. Ini kebiasaanku sebelum berganti hari dan sebelum
mengakhiri hari dengan istirahat panjang.
Hari ini aku ada kuliah
dimulai dari jam 1 siang, tapi jam 11 aku sudah berangkat dari rumah. Aku
berhasil datang tepat waktu dan ku pilih tempat duduk favoritku paling belakang
pojok. Banyak orang yang menganggapku asing dan tidak ingin mengenalku. Begitu
sebaliknya denganku aku tidak suka bergabung dengan keramaian pada mereka.
Siang itu ternyata dosenku minta diadakan kuis dadakan. Tanpa belajar dari
rumah sebelumnya ku paksakan saja mengerjakannya dengan santai tidak ada
satupun buku yang ku buka seperti mahasiswa lainnya serta tidak ada hp canggih
yang bisa ku gunakan untuk menselancari soal-soal di dunia maya. Aku jawab
dengan santai dan cukup percaya diri. Ku kumpulkan lembar jawaban kuisku lalu
ku duduk dibelakang sambil membaca buku pelajaran dan mendengarkan musik dengan
earphone. Tak lama aku mendapatkan lemparan kertas. Ku buka isinya da nada
tulisan “HAI”. Aku pikir orang yang melakukan ini adalah seorang anak kecil
yang tidak punya teman main. Aku pergi keluar kelas dan membuang kertas
tersebut. Setelah semua mahasiswa selesai mengerjakan kuis tidak lama kemudian
dosen ku yang bernama pak Sayundi mengumumkan hasil kuis hari ini. Merasa tidak
tertarik mendengarnya maka aku tidak ingin terlalu mendengarkan Karena aku
pernah tidak ikut bergabungg di jam kuliahnya dan aku pernah dihukum olehnya.
Dosen tersebut menyebutkan 3 orang dengan nilai tertinggi dikelas. Dann yang
meraih nilai tertinggi pertama ialah alika. Namaku lah yang disebut, kemudian
semua orang memanggil namaku untuk maju kedepan memperoleh hadiah. Karena aku
tidak mengerti bahwa kuis ini memperebutkan hadiah makanya aku pun tidak
bersemanggat untuk jalan ke depan. Aku berjalan dengan menunduk dan dosen
itupun heran bila alika itu aku mahasiswa yang terlambat waktu itu dan dia
hukum. Merasa kurang yakin maka dosen itu akan mengadakan kuis dadakan
dipertemuan yang akan datang. Aku diberikan hadiah coklat yang menurutku
lumayan bisa dijadikan makan siangku hari ini. Aku kembali berjalan dan duduk
ditempat dudukku. Pria baru itu mengucapkan selamat padaku. Aku katakana
terimakasih juga atas ucapannya. Dan kembali untuk tidak menghiraukan pria
Australia itu.
Jam kuliah pak Sayundi
telah berakhir, aku harus cepat bergegas menuju tempat mengajar karena kelas
dimulai jam 5. Ternyata sekeluar dari kelas aku diikuti oleh pria yang tak aku
ketahui siapakah dirinya. Karena takut aku mencoba berlari secepatnya. Setiba
di tempat bimbingan itu aku lihat anak muridku telah datang dan aku melihat ada
pria yang sepertinya ku kenal. Benar dugaanku, pria yang ku lihat didalam
ruangan itu ialah pria Australia teman sekelasku. Dia juga mencoba untuk
mengajar disana untuk bidang bahasa inggris. Pemilik bimbingan itu kaget
mengetahui aku satu kelas dengan pria asing tersebut. Dan memank aku tidak
ingin berlama-lama basa basi dengan mereka aku memilih masuk keruangan dan
mulai mengajar. Sore itu aku mengajarkan matematika. Jam mengajarku pun telah
usai, sekitar jam setengah 8 malam aku sudah bisa pulang kerumah. Sebelum
pulang aku dipanggil oleh pimpinan bimbel yang menyerahkan uang gajiku beserta
surat tawaran mengajarkan privat. Aku terima tawaran dari pimpinan bimbel
karena aku membutuhkan uang untuk menghidupi diriku sendiri. Setelah semua
selesai aku kembali kerumah namun ada pria Australia itu yang menungguku dengan
membawa motor besar warna merah mengkilat. Aku hanya jalan menunduk kemudian
dia memanggilku, “Alika”. Aku menorah ke arahnya dan berkata “ada apa” dengan
ekspresi dingin. “can I take you go home?” kata pria Australia. “No, I can go
home alone. I don’t need you” balas ku dengan nada dingin. Aku berjalan secepat
mungkin karena tidak terbiasa dengan tawaran orang lain. Berjalan secepat
mungkin itu yang biasa aku lakukan untuk menghindari orang lain yang mnegusik
kehidupanku. Pria Australia itu mencoba mnegikuti ku dengan motornya. “ stop!!!
Don’t do it. I don’t comfort for this situation”. Pria Australia itu berhenti
mengikutiku dan aku mulai berlari malam itu.
Ketika di perempatan
aku belok ke arah kiri kemudian ada mobil yang mengagetkanku. Mobil sport hitam
itu lagi yang menakutiku seakan ingin membunuhku tapi bisa membuatku merasa
terlindungi. Malam itu aku lagi-lagi dihampiri oleh pria yang berstyle hitam
yang entah dari mana dia berasal,siapa namanya, siapa keluarganya dan punya
maksud apa dengan selalu membuatku terkejut. Malam itu pria itu datang dan
menggendongku menuju ke kursi mobilnya. Aku dipasangkan safety belt dan dia
masuk kedalam mobilnya kemudian mengemudikannya. Bibirku bergetar, banyak yang
ingin ku tanyakan tentang dirinya. Namun apalah dayaku dia selalu membuatku tak
memiliki kesempatan untuk mengatakan pertanyaan yang ada dipikiranku. Dia
selalu membuat suasana begitu cepat dan membuatku terpanah karena waktu seakan
singkat untuk tiba di rumahku.
_to be continue_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar