Halaman

Kamis, 26 November 2015

Senandung Cinta



Kala senja tiba dibelakang gedung pusat olahraga, aku berjalan seorang diri dengan pakaian yang membasah. aku berjalan tergopoh-gopoh dengan membawa semua perlengkapan olahragaku. Tanpa sengaja aku bersengolan dengan pria sehingga membuat perlengkapan olahragaku terjatuh. Pria itu membantuku merapihkan semua yang terjatuh kemudian meminta maaf. Namun tanpa sadar aku hanya menunduk dan berkata “tidak apa-apa” sembari bergegas menutup tasku. Suaranya sangat lembut sehingga mampu membuatku tersipu malu namun tak berani menatapnya. Setelah pria itu berjalan aku memberanikan diri untuk menoleh kebelakang mengikuti langkah kakinya. Namun pria itu pergi begitu cepat sehingga hanya menyisakan suara langkah kakinya. Tidak ada yang ku cemaskan setelah pertemuan yang hanya menyisakan suaranya diingatanku. Aku kembali melangkahkan kakiku menuju toilet untuk mandi dan berganti baju. Sore ini aku habis latihan baseball dengan timku. Setelah berganti baju aku bergegas menuju rumah karena hari esok aku harus datang pagi ke kampus.
Malam itu ku pandangi langit sambil bercerita pada langit mengenai kejadian sore ini. Aku melepaskan segalanya yang menjerat hati ini pada langit malam diluar jendela kamarku teoatnya diatas atap kamarku. Tak lama dari menceritakan kisah hari ini, bintangpun jatuh itu membuatku makin bahagia. Malam itu aku tutup dengan doa/harapan pada sesuatu yang benar—benar bisa membuatku bahagia.

Pagi ini aku terlambat datang ke kampus dan membuatku dihukum oleh dosen hingga pada jam kuliah ke 3 baru bisa ikut kelas selanjutnya. Rasa kesal tak dapat dihindarkan. Karena aku harus kesiangan demi mencari transportasi lain sehubung kereta yang ku tumpangi hari itu mengalami gangguan sinyal listrik sehingga perjalanan menjadi kacau balau. Tak mungkin lagi aku mengikuti kelas pak Sayundi maka aku berjalan menuju perpustakaan kampus untuk mencoba belajar sambil menenangkan perasaan kesalku. Ku pilih buku sesuai matakuliah pagi ini kemudian aku duduk disudut ruangan dengan mengaktifkan musik player di hp ku. Tak aku gubris semua yang lewat didepan ku. Tapi ada yang mengangguku, dia adalah pria yang duduk persis di sampingku dia membaca buku dengan menimbulkan kegaduhan bagiku. Aku berdiri dan pindah dari pria yang gaduh itu. Aku berjalan menyisiri meja-meja baca kemudian kembali duduk ditempat yang tenang bagiku. Sudah sempat membuatku bisa tertidur kemudian pria yang tadiku jauhi kembali hadir. Kesal dengan pria itu aku hanya berjalan dengan menghentakan kaki kemudia keluar dari perpustakaan. Ku lihat jam tangganku kemudian berlari sekuat tenaga menuju ruang kelas di jam ke 3. Setelah tiba didepan pintu kelas aku tidak langsung masuk, aku masih kelelahan dan mencoba menghilangkan rasa kelelahan itu karena jarak perpustakaan dengan kelasku lumayan jauh dan mengharuskanku naik tangga hingga lantai 4. Ku buka pintu dan ku pilih tempat duduk paling belakang. Teman-teman lainnya hanya sibuk pada obrolan masing-masing tanpa menyibukan kehadiranku. Ku coba ciptakan kenyaman demi belajar dikelas maka ku keluarkan semua perlengkapan kuliahku. Tak lama kemudian ada dosen ku namanya Bu Yani datang bersama pria yang aku sendiri tak pernah meilihatnya. Dia adalah anak pindahan dari Australia dan mulai hari ini bergabung di kelas ini. Semua teman-teman perempuanku pada histeris melihat nya. Aku tidak mengubris dengan keadaan pada siang itu. Namun pria itu jalan dan memilih duduk disamping ku. Tidak ku sapa, tidak ku ajak berkenalan dan tidak ku ajak bicara pria itu.
Dosenpun memulai kuliah pada siang itu dan aku diminta olehnya untuk membantu mengerjakan soal didepan dan mengajarkan pada teman-teman semuanya. Setelah jam kuliah bu Yani berakhir aku bisa kembali ke tempat dudukku. Karena jam kuliah telah habis maka aku tidak ingin berlama-lama di kelas seperti yang lainnya. Aku memiliki schedule lain yakni latihan baseball. Tapi ketika aku melangkahkan kaki ku keluar dari kursiku tiba-tiba pria itu memanggilku. Tidak bisa dipungkiri aku sempat berfikir seperti mengenal suaranya. Namun aku tidak ingin mengubris panggilannya. Aku berjalan secepat mungkin karena latihan akan dimulai pada jam 4 sore ini.
Entah berapa lama dia mengikutiku namun aku memank tidak ingin memikirkan pria yang tidak dikenal. Setelah tiba ditempat latihan aku berganti pakaian dan memulai latihan. Latihan ini amat penting karena di sponsori oleh kampus dan dijanjikan untuk beasiswa bagi para peserta. Dan pertandingan baseball akan dilakukan malam ini jam 7 malam. Sebelum memulai pertandingan baseball tersebut aku sempat melihat pria itu ada di bangku penonton. Tapi ku pikir semua orang bebas meilihat pertandingan ini sehingga aku tidak memikirkan alasan dia menonton.

Pertandingan telah dimulai. Tim kampus ku melawan kampus KGZ. Pertandingan ini cukup alot karena sama-sama memiliki prestasi terbaik sepanjang sejarah. Dan memank reward yang disuguhkan bagi pemain dari masing-masing kampuspun cukup menggiurkan. Kami sempat kalah 2 point dengan tim KGZ namun kami balas kekalahan kami dengan menang 5 point diatas perolehan tim KGZ. Akhirnya tim kami memperoleh kemenangan telak 5 point diatas tim lawan. Kami mendapatkan beasiswa dari pihak kampus atas jirih payah kami menorehkan tinta emas bagi kampus. Pertandingan itu selesai jam 10 malam dan jarak dari tempat pertandingan menuju rumahku lumayan memakan waktu 1 jam. Dan transportasi yang ku gunakan hanya kereta api kemudian berjalan kaki. Aku menyukai berjalan kaki dimanapun dan kapanpun. Salah satu program kebugaran serta program penghematan bagi ku karena semua harus dibayar sesuai jatuh tempo.
Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk pulang kerumah, aku kembali melihat jam tangganku dan jarum nya tengah mengarah ke angka 11 kurang. Tanpa pikir panjang aku berlari karena semakin malam kereta akan semakin tidak mungkin ditemui. Namun aku terkejut dan terjatuh setelah tersandung kaki seseorang yang tampaknya sengaja menaruh kakinya disitu. Aku bangun dan marah-marah pada orang itu. Dia hanya diam membisu dan menarik tanganku. Aku mencoba melepaskan gengaman tangannya namun dia mengengam sangat kencang. Sakit memank sakit tapi tidak bisa ku lepaskan dan dia menarik ku dengan cepat. Wajahnya tidak terlihat karena dia menggunakan jaket hitam topi hitam kemudian celana panjang hitam. Bagaikan preman kampung stylenya. Aku berpikir-pikir, “apa ini cara mereka balas dendam pada diriku dan timku?”. Aku berani berpikir seperti itu karena sudah banyak pengalaman dari para pesaing lainnya yang tiba-tiba mengundurkan diri atau bahkan bermain secara cacat untuk menghadapi tim KGZ. Perjalanan kala itu terasa cukup jauh sehingga membuatku bisa berpikir hal yang tidak-tidak. Namun aku kaget ketika aku diberhentikan didepan mobil sport warna hitam dengan lampu yang menyala. Semakin menakutkan malam itu bagiku. Aku perempuan yang hidup seorang diri bila nyawa ku hilang pasti tidak ada yang tau dan tidak ada yang mencemaskanku. Tidak ada rekan atau teman atau kerabat yang akan mencariku atau mentangisi kepergianku. Pikiran buruk itu menghantui ku. Semua terjadi dimalam hari dengan penampilan serba hitam dan tak bisa diprediksi apa yang akan terjadi pada diriku. Aku dibawa masuk kedalam mobil sport tersebut. Kemudia pria itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang amat tinggi sehingga aku tidak mampu menikmati heningnya jalan di malam hari.
Mobil itu berhenti tepat di depan rumahku. Entah dari mana dan tau dari siapa orang ini tentang diriku. Tapi aku berterimakasih dengan sanggat ketakutan. Secepat mungkin aku keluar dari mobil itu namun lagi-lagi langkah kaki ku harus terhenti setelah mendengar suaranya mengatakan sampai jumpa. Suara itu adalah suara yang ku kenal saat setelah latihan baseball 2 hari yang lalu. Ketika ku menoleh ke belakang orang itu sudah menutup pintu mobilnya dan mengendarai mobil tersebut dengan cepat. Bingung tapi tidak bisa berbicara apapun saat didalam mobil tersebut. Ingin mencegah kepergiannya namun raga ini tak mampu melakukan itu. Aku kembali berjalan menuju pintu rumah dan masuk kedalam lalu menuju kea tap kamarku. Aku kembali menceritakan segala keberhasilan dan ketakutanku pada langit dimalam hari. Ini kebiasaanku sebelum berganti hari dan sebelum mengakhiri hari dengan istirahat panjang. 

Hari ini aku ada kuliah dimulai dari jam 1 siang, tapi jam 11 aku sudah berangkat dari rumah. Aku berhasil datang tepat waktu dan ku pilih tempat duduk favoritku paling belakang pojok. Banyak orang yang menganggapku asing dan tidak ingin mengenalku. Begitu sebaliknya denganku aku tidak suka bergabung dengan keramaian pada mereka. Siang itu ternyata dosenku minta diadakan kuis dadakan. Tanpa belajar dari rumah sebelumnya ku paksakan saja mengerjakannya dengan santai tidak ada satupun buku yang ku buka seperti mahasiswa lainnya serta tidak ada hp canggih yang bisa ku gunakan untuk menselancari soal-soal di dunia maya. Aku jawab dengan santai dan cukup percaya diri. Ku kumpulkan lembar jawaban kuisku lalu ku duduk dibelakang sambil membaca buku pelajaran dan mendengarkan musik dengan earphone. Tak lama aku mendapatkan lemparan kertas. Ku buka isinya da nada tulisan “HAI”. Aku pikir orang yang melakukan ini adalah seorang anak kecil yang tidak punya teman main. Aku pergi keluar kelas dan membuang kertas tersebut. Setelah semua mahasiswa selesai mengerjakan kuis tidak lama kemudian dosen ku yang bernama pak Sayundi mengumumkan hasil kuis hari ini. Merasa tidak tertarik mendengarnya maka aku tidak ingin terlalu mendengarkan Karena aku pernah tidak ikut bergabungg di jam kuliahnya dan aku pernah dihukum olehnya. Dosen tersebut menyebutkan 3 orang dengan nilai tertinggi dikelas. Dann yang meraih nilai tertinggi pertama ialah alika. Namaku lah yang disebut, kemudian semua orang memanggil namaku untuk maju kedepan memperoleh hadiah. Karena aku tidak mengerti bahwa kuis ini memperebutkan hadiah makanya aku pun tidak bersemanggat untuk jalan ke depan. Aku berjalan dengan menunduk dan dosen itupun heran bila alika itu aku mahasiswa yang terlambat waktu itu dan dia hukum. Merasa kurang yakin maka dosen itu akan mengadakan kuis dadakan dipertemuan yang akan datang. Aku diberikan hadiah coklat yang menurutku lumayan bisa dijadikan makan siangku hari ini. Aku kembali berjalan dan duduk ditempat dudukku. Pria baru itu mengucapkan selamat padaku. Aku katakana terimakasih juga atas ucapannya. Dan kembali untuk tidak menghiraukan pria Australia itu.
Jam kuliah pak Sayundi telah berakhir, aku harus cepat bergegas menuju tempat mengajar karena kelas dimulai jam 5. Ternyata sekeluar dari kelas aku diikuti oleh pria yang tak aku ketahui siapakah dirinya. Karena takut aku mencoba berlari secepatnya. Setiba di tempat bimbingan itu aku lihat anak muridku telah datang dan aku melihat ada pria yang sepertinya ku kenal. Benar dugaanku, pria yang ku lihat didalam ruangan itu ialah pria Australia teman sekelasku. Dia juga mencoba untuk mengajar disana untuk bidang bahasa inggris. Pemilik bimbingan itu kaget mengetahui aku satu kelas dengan pria asing tersebut. Dan memank aku tidak ingin berlama-lama basa basi dengan mereka aku memilih masuk keruangan dan mulai mengajar. Sore itu aku mengajarkan matematika. Jam mengajarku pun telah usai, sekitar jam setengah 8 malam aku sudah bisa pulang kerumah. Sebelum pulang aku dipanggil oleh pimpinan bimbel yang menyerahkan uang gajiku beserta surat tawaran mengajarkan privat. Aku terima tawaran dari pimpinan bimbel karena aku membutuhkan uang untuk menghidupi diriku sendiri. Setelah semua selesai aku kembali kerumah namun ada pria Australia itu yang menungguku dengan membawa motor besar warna merah mengkilat. Aku hanya jalan menunduk kemudian dia memanggilku, “Alika”. Aku menorah ke arahnya dan berkata “ada apa” dengan ekspresi dingin. “can I take you go home?” kata pria Australia. “No, I can go home alone. I don’t need you” balas ku dengan nada dingin. Aku berjalan secepat mungkin karena tidak terbiasa dengan tawaran orang lain. Berjalan secepat mungkin itu yang biasa aku lakukan untuk menghindari orang lain yang mnegusik kehidupanku. Pria Australia itu mencoba mnegikuti ku dengan motornya. “ stop!!! Don’t do it. I don’t comfort for this situation”. Pria Australia itu berhenti mengikutiku dan aku mulai berlari malam itu.
Ketika di perempatan aku belok ke arah kiri kemudian ada mobil yang mengagetkanku. Mobil sport hitam itu lagi yang menakutiku seakan ingin membunuhku tapi bisa membuatku merasa terlindungi. Malam itu aku lagi-lagi dihampiri oleh pria yang berstyle hitam yang entah dari mana dia berasal,siapa namanya, siapa keluarganya dan punya maksud apa dengan selalu membuatku terkejut. Malam itu pria itu datang dan menggendongku menuju ke kursi mobilnya. Aku dipasangkan safety belt dan dia masuk kedalam mobilnya kemudian mengemudikannya. Bibirku bergetar, banyak yang ingin ku tanyakan tentang dirinya. Namun apalah dayaku dia selalu membuatku tak memiliki kesempatan untuk mengatakan pertanyaan yang ada dipikiranku. Dia selalu membuat suasana begitu cepat dan membuatku terpanah karena waktu seakan singkat untuk tiba di rumahku.

_to be continue_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar