Halaman

Minggu, 18 Agustus 2013

Cincin


31 maret dihari ulang tahun era. Hari itu, era mendapatkan hadiah yang tak pernah ia duga. Hadiah dari orang tuanya. Hadiah itu berupa cincin emas denga tipe string dimana banyak mata berlian yang menghiasi cincin itu. Setiap hari setelah hari itu, ia selalu menggunakannya. Karena ia hidup jauh dari orang tua sehingga dengan hadiah yang digunakan ia merasakan bahwa kedua orang tuanya ada disampingnya.
Namun sudah 4 tahun setelah hadiah itu yang selalu ia gunakan. Kemudian karena rumah era dengan rumah bosnya ibu era dekat cuman beda beberapa gang komplek maka ia deket sekali dengan anak-anak bosnya ibu era. Sepengetahuan era, bosnya hanya memiliki anak 2, anak pertama sepantaran dengan era sementara anak keduanya masih dikelas 3 sd. Kedekatan era dengan anak kelas 3 sd yang bernama putri itu udah seperti adeknya sendiri. Walaupun era memiliki adek perempuan tetapi adeknya bernama ella itu termaksud anak yang tidak begitu suka manja dengan era dan ia tergolong sanggat tomboy melebihi era.
Hari itu putri sepulang sekolah main kerumah era. Kebetulan letak rumah era dekat dengan sekolahan sd nya putri. Jadi putri lebih sering main kerumah era daripada pulang kerumahnya. Namun hari itu putri datang dengan suasana yang tidak ceria. Ia datang dengan sanggat lemas dan tak bersemanggat. Untuk menghibur putri maka era mengajaknya main game online bersama serta bermain sambil mengerjakan pekerjaan rumah dari guru sekolahnya. Kegiatan dasar yang ia bantu buat menghibur anak yang kesepian ini. Putri biasanya dirumah sama bibi alias yang biasa bebersih rumah dan bersama supir pribadi sekolahnya. Kakaknya sibuk kerja ngelanjutin diperusahaan ibunya.
Kegiatan hari itu diakhiri dengan pergi bersepedah bersama putri untuk sekalian nganterin putri pulang kerumahnya sebab kalau sore ibunya pulang cepat. Untuk mempersingkat waktu maka era lebih memilih lewat jalur jembatan kayu yang sudah lapuk untuk tiba dirumah putri. Kemudian setelah tiba di jembatan itu era menyuruh putri untuk berjalan lebih dulu. Kemudian era mengikuti dari belakang sambil membawa sepedahnya. Dari sebrang terlihat ada seorang laki-laki tinggi rambut terurai keatas rapih keren namun hari itu begitu asing untukku. Mimik muka orang itu sepertinya sedang berusaha menertawakannku. Hari itu era memank berpenampilan sederhana, hanya mengenakan baju kemeja kotak-kotak kemudian pake celana jeans dan menggunakan kerudung. Cukup alakadarnya. Namun itu lah style era.
Setelah mengantarkan putri kerumahnya maka era pun pulang kerumah dengan lewat jalur yang agak jauh karena ia mau memutar-mutar sekitar komplek yang begitu jauh. Namun ada sebuah mobil yang mengikutinya. Dengan semanggat kesal khas orang ketakutan maka era pun mengowes sepedanya secepat mungkin. Karena sang pemilik mobil itu tau kalau sang pengemudi sepeda itu sepertinya ketakutan maka ia lebih memilih untuk berhenti mengikuti era. Cukup lelah lari dari orang misterius yang mengikutinya. Ia berhenti disebuah taman dan beristirahat sejenak. Setelah melepas lelah maka ia kembali pulang. Karena era takut kedua orang tuanya akan mencarinya. Apalagi hari itu ia lupa membawa hp.
Setibanya dirumah era segera menyiapkan makan malam untuk kedua orang tuanya yang pulang bekerja. Tapi malam itu ada seorang laki-laki yang tanpa diundang datang kerumah dengan pakaian serba dari jeans. Kaos merah beserta jaket jeans dan celana jeans rambutnya pun ditata seperti menggunakan gel namun terlihat begitu menawan. Kesan pertama melihat orang itu ialah seperti mengenal orang ini sebelumnya. Tapi dengan sopan dan hangat ia bisa dengan mudah membaur dengan ayah dan ibu era. Heran bukan kepayang. Tapi dengan rasa hormat ia berusaha menyuguhkan minuman untuk tamu tak diundang itu.
Tamu itu sepertinya bahagia melihat era. Era pun terlihat begitu aneh dengan orang yang tertawa senyum sendiri. Namun orang itu kemudian dengan lancar bercerita mengenai cincin yang era gunakan. Dengan kaget era pun membeku diam membisu. Didalam cerita yang disampekan oleh lelaki itu bahwa cincin itu sebenarnya yang beli lelaki itu kemudian meminta kedua orang tua ku yang menyerahkan dan berusaha untuk membohongiku. Namun era ragu mendengar cerita itu. Karena kedua orang tua ku begitu diam membisu. Entah malu atau bahkan takut era marah dengan nya sehingga mereka memilih untuk diam membisu.
Hari selanjutnya kedua orang tua era tetap membisu. Erapun harus kembali kedepok untuk berkuliah. Sepanjang hari ia memikirkan kata-kata laki-laki aneh itu. Sebentar-bentar melepas cincin itu namun kemudian era pakai lagi. Namun ia yakin setidak mampunya kedua orang tua era namun mereka selalu jujur dan tidak membiarkan siapapun menghancurkan harga diri keluarga.
Era tau kedua orang tuanya belum menyukai dengan pacar era yang bernama iwan. Tapi era tidak ingin aku diberikan kepada orang kaya yang semena-mena dengan keluarganya.
Tidak perlu dirisaukan baginya karena ia begitu yakin kepada kedua orang tuanya. Tetapi laki-laki itu hadir ketika era pulang ke bandung (rumah orang tuanya). Lelaki itu muncul dipintu stasiun bandung. Dengan tak hormat kemudian ia menarik tangan era dan kemudian menyuruh era masuk kemobilnya. Tidak mudah bagi lelaki itu mengajak era. Karena era tau bagaimana cara dia memperalat orang tuanya. Era pun memaki-maki lelaki itu didepan banyak orang yang lalu lalang. Namun lelaki itu pun punya trik jitu yang bikin era terpaksa harus patuh dengannya.
Didalam mobil era mulai membisu karena kesal setengah mati. Dia terus bertanya-tanya didalam pikirannya tentang orang itu. Namun lelaki itu kemudian tertawa puas. Ia berkata “ ternyata aku tidak salah pilih dalam memilih wanita. Ketika cemberutpun kamu terlihat manis dan cantik ya”. Tapi seperti biasa era hanya akan banyak bicara dengan orang yang sudah ia kenal bukan yang mendadak sok kenal dengannya. Era pun diajak berkeliling menggunakan mobilnya kedaerah sentul untuk menonton balapan mobil. Era mencoba untuk meminta untuk pulang namun lelaki itu berkata “aku sudah izin dengan kedua orang tuamu. Nanti setibanya disana aku akan ceritakan semuanya sama kamu asalkan.. asalkan kmu mau bicara dan tidak seperti patung begitu”. Hanya dengan anggukkan setuju maka kami pun pergi kesentul. Setibanya disana waktu sudah menunjukkan pukul 18.57 dimana adzan mahgrib sudah berkumandang dan kebetulan era sedang menjalankan ibadah puasa sunnah. Lelaki itupun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh era. Lelaki itu pergi meninggalkan era sendiri ditempat duduk yang sudah ia pesan untuk menonton mobil balap F1 disentul. Ternyata lelaki itu pergi untuk membelikan makanan untuk buka puasanya era. Cukup baik sih...
Namun era merasakan tersanjung dengan sikap lelaki itu. Tapi ia berusaha untuk terus membencinya. Sambil makan dan menunggu F1nya selesai maka lelaki itu sambil bercerita asal usulnya. Ternyata lelaki itu anak pertama dari bos ibunya era. Satu-satunya anak laki-laki yang harus meneruskan perusahaan rintisan keluarganya. Ia kenal era saat era masih kecil namun saat itu era hanya memilih untuk bermain saja dan mungkin sudah lupa. Lelaki itu harus pindah kejerman belajar dari SMP. Orang tuanya mau kalau lelaki itu belajar ditempat yang lingkup orang belajar. Dan era pun hanya mengetahui bahwa bos ibunya punya 2 anak perempuan karena tiap hari sering diajak main kerumah era. Nah sejak itu era hanya mengenal kedua anak bos ibunya itu. Lelaki itu lulusan manajemen diuniversitas yang ada dijerman. Padahal ia sanggat menyukai hal dibidang kesehatan namun kedua orang tuanya memberikan ultimatum sehingga ia harus memilih dibidang ekonomi.
Cukup banyak ia ceritakan tentang dirinya namun ia tak begitu menyinggung masalah cincin dan tentang ceritanya kemarin malam.
Sepulang dari sentul udah sekitar jam 9 malam. Didalam mobil era mencoba memberanikan diri untuk bertanya tentang masalah cerita kemarin dan cincin itu. Lelaki yang ingin dipanggil dengan nama arul itu hanya bilang bahwa “aku hanya memilihmu setelah aku bertemu kamu ketika kamu berkunjung kekantor 4 bulan yang lalu”. Dan untuk masalah cincin? Kata era. Apa kmu sudah bertunangan? Kata arul. Ishh.. makanya aku tanya tentang stateman kamu kemarin malam dirumahku, kata era. Kamu tanya saja dengan kedua orang tuamu, kata arul.
Kesal dengan pernyataan arul maka era segera mungkin membuka pintu mobil dan memilih terjun dari mobil itu. Ia pilih itu karena ia tidak ingin dijodohkan dengan orang yang seperti arul dan era lebih mencintai iwan daripada arul. Namun ternyata era terjatuh kedalam jurang dan terbentur batu besar. Era berhasil ditemukan setelah sempat 3 jam tim polisi mencari tubuh era. Kedua orang tua era merasa sanggat menyesal dengan semua kejadian tersebut. Setelah tubuh era berhasil ditemukan ternyata era masih bertahan hidup namun dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Era terbujur tak berdaya dengan banyak selang dan alat-alat kedokteran.
Keadaan era tiap saat bisa saja memprihatinkan karena dokterpun sudah meminta pihak keluarga untuk mengikhlaskan era. Saat kondisi era makin parah didua minggu terakhir ini membuat dokter meminta untuk pihak keluarga tanda tangan  untuk melakukan pencabutan alat yang terpasang ditubuh era.
Disisi lain, iwan lah yang selama ini selalu menunggu era sadar. Iwan yang lebih tegar dari biasanya bisa rapuh ketika orang yang sangat ia cintai itu terbaring lemah dengan alat-alat yang sangat menakutkan itu. Kedua orang tua erapun tak luput dengan rasa bersalah. Mereka juga selalu menemani iwan dan era dirumah sakit.
Hari itu terasa sanggat hangat namun begitu kelam. Awan hitam telah muncul begitu pekat namun udara terasa hangat. Era makin terlihat sangat kritis. Semua orang berkumpul termaksud arul. Arul meminta maaf kepada era. Arul baru bisa hadir menenggok era karena arul baru saja dibebaskan oleh kepolisian karena telah melukai era.
Satu persatu selang mulai dicabut dari tubuh era namun kemudian tangan era bergerak. Iwan melihat keajaiban itu langsung mengenggam tangan era. Dokter berkata bahwa ada keajaiban pada era. Tak lama era membuka matanya dan ia berusaha untuk berbicara. Dokterpun mengatakan bahwa kondisi era sudah membaik. Semua keluarga merasa senang dan mereka semua sudah bisa bercakap-cakap.
Era sadar dari jam 9 pagi. Ketika masuk jam 3 sore era mendapatkan cincin pertunangan dari iwan. Cincin nan indah itu kini terukir nama iwan dan era. Era merasa bahagia bisa bersatu dengan iwan dan mendapatkan hadiah seindah itu. Era merasakan indahnya bisa hidup bersatu dengan iwan.
Jarum jam pun menunjukkan pukul 6 petang, era terkulai lemah tak berdaya ditempat tidur setelah era terjatuh didepan kamar mandi. Saat itu kondisi era ternyata makin parah. Ia berulang keli mengalami kejang-kejang dan kondisi memparah ketika jarum jam menunjukkan pukul 10 malam. Dari situlah awal penyiksaan era, semua selang dan alat bantu pernapasan dipasang ditubuh era. Hanya iwan yang mendampingi era. Iwa begitu terpukul saat ia sudah merasa bahagia karena era sudah sadar dan mau menikah dengannya. Namun saat itu iwan sedang pergi keluar untuk membelikan hadiah untuk pernikahannya berupa gaun dan bunga yang sudah ia pesan dari jauh-jauh hari. Iwan tak menyangka ternyata telah terjadi sesuatu pada era.
Tepat pukul 1 pagi buta ternyata era harus menutup mata untuk selama-lamanya. Era menyumbangkan ginjal dan sepasang matanya untuk orang-orang yang membutuhkan. Niat baik erapun membuat keluarga merasa bangga dengan era. Era diijinkan menggunakan cincin pemberian iwan.
Sebelum era meninggal ia sempat berpamit dan berpesan kepada keluarganya. Erapun tidak merasakan dendam pada arul yang saat itu memang sedang cinta buta padanya. Era meminta pada kedua orang tuanya untuk menjaga adik nya era dengan baik. Era pun menitipkan pesan terakhir unruk iwan. Era meminta agar iwan bisa fokus dengan karir dan hidup barunya. Era juga meminta agar iwan bisa mencari pendamping hidup baru yang sesuai dengan dia. Era juga meminta agar ia tetap terkubur dengan cinta yang ia punya. Cincin yang melingkar ditangan era itu lah jadi satu-satunya bukti bahwa era pernah dicinta dan mencintai orang yang tepat namun maut yang memisahkan.
Tiga bulan sudah semenjak kepergian era. Iwan mulai menata hidup yang baru. Karirnya meningkat setelah dipercaya untuk jadi manager disuatu perusahaan swasta didaerah sudirman. Iwan juga terus melanjutkan kuliah dijerman hingga mendapatkan gelar profesor. Keluarga era pun begittu, mereka mulai menata hidup setelah kepergian era. Adiknya tumbuh menjadi gadis desa yang sanggat cerdas. Adiknya pun dapat melanjutkan kejenjang kedokteran. Arul pun tak juga buruk, karir nya pun meroket setelah ia berhasil menjadi bupati jawa barat. Arul juga sudah memiliki calon istri yang ternyata ia menyukai adik era.
Setahun sudah semenjak kepergian era, namun iwan belum kunjung memiliki pasangan kekasih. Banyak wanita yang tergila-gila dengan iwan. Namun hati iwan belum bisa. Iwan masih sering mengunjungi makam era. Namun sepulang dari makam iwan, iwan ternyata mengalami kecelakaan beruntun dan nyawa iwan tidak tertolong. Keluarga era dan iwan memutuskan agar memakamkan iwan disamping makam era.

----------------------------------------TAMAT-------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar